Penguatan Dolar AS Tertahan

Dolar Amerika Serikat mendapat dorongan dari data tenaga kerja AS yang positif, meskipun pergerakannya tertahan pada Senin (9/12/2019) oleh kekhawatiran tentang eskalasi dalam perang dagang AS-China.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat 0,008 poin atau 0,01 persen ke level 97,708 pada pukul 09.39 WIB.

Indeks dolar AS sebelumnya dibuka menguat tipis 0,002 poin ke level 97,702, setelah pada akhir perdagangan Jumat (6/12) ditutup menguat 0,29 poin atau 0,3 persen ke level 97,700.

Data non-farm payroll AS meningkat 266.000 pekerjaan bulan lalu, kenaikan terbesar dalam 10 bulan terakhir. Sementara itu, tingkat pengangguran kembali turun ke level 3,5 persen, level terendah dalam hampir setengah abad.

Data tersebut menunjukkan perang dagang yang telah berlangsung selama lebih dari 17 bulan antara pemerintahan Trump dengan China, yang telah menjerumuskan manufaktur ke dalam resesi, belum meluas ke ekonomi AS.

Namun, para investor khawatir hal tersebut dapat berubah jika ketegangan perdagangan meningkat lebih lanjut, terutama jika Trump meneruskan rencana tarif pada beberapa produk bernilai US$156 miliar dari China mulai 15 Desember.

Pasar sebagian besar memiliki asumsi bahwa tariff tersebut akan turun atau setidaknya ditunda, mengingat bahwa Washington dan Beijing sepakat pada Oktober untuk bekerja pada kesepakatan perdagangan.

“Pasar merasakan bahwa kedua belah pihak ingin menghindari gagalnya negosiasi mereka, menilai dari berbagai berita utama. Jadi skenario utama adalah dolar yang menguat,” kata Kazushige Kaida, kepala analis valas di State Street, seperti dikutip Reuters.

Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengonfirmasi pada hari Jumat (6/12) bahwa batas waktu 15 Desember untuk memberlakukan tarif baru tetap berlaku, tetapi menambahkan bahwa Presiden Donald Trump terkesan pada pembicaraan perdagangan dengan China.

Sementara itu, ekspor China menyusut untuk bulan keempat berturut-turut pada bulan November, menggarisbawahi tekanan terus-menerus pada produsen akibat dari perang dengan AS.

Tetapi pertumbuhan impor mungkin menjadi tanda bahwa upaya stimulus Beijing membantu memicu peningkatan permintaan.

 

 

 

 

 

Sumber : bisnis.com
Gambar : siberklik.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *