Perang Dagang Jadi ‘Boomerang’ Bagi Ekonomi AS dan China

Perang dagang yang tengah berlangsung antara Amerika Serikat dan China justru merugikan kedua negara.

Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), terjadi penurunan tajam dalam ekspor dan harga yang lebih tinggi bagi konsumen di kedua negara.

Dalam laporan lembaga PBB, Conference on Trade and Development (UNCTAD), kenaikan tarif membawa efek buruk bagi AS dan China dan berisiko menyebar ke ekonomi global.

“Perang dagang bukan hanya a lose-lose trade war bagi para pesaing utama, ini juga membahayakan stabilitas ekonomi global dan pertumbuhan masa depan,” kata Kepala Divisi Perdagangan dan Komoditas Internasional UNCTAD Pamela Coke Hamilton dikutip dari AFP.

“Tarif AS ke China merugikan ekonomi kedua negara,” tegasnya lagi.

Hal senada juga dikatakan ekonom UNCTAD Alessandro Nicita. Bahkan menurutnya, konsumen dan perusahaan AS merupakan pihak yang paling menderita karena perang dagang.

Laporan ini tidak memuat secara spesifik dampak pada China. Hanya saja dikatakannya perusahaan China terpaksa memotong biaya agar barang tetap murah untuk mempertahankan pasar.

Negara yang Untung

Meski ada negara yang buntung karena perang dagang, terutama AS dan China, negara lainnya seperti Taiwan, Meksiko, Uni Eropa dan Vietnam justru mencatat kenaikan ekspor ke AS.

Sekitar US$ 35 miliar pasar China di AS telah dialihkan China ke tiga wilayah tersebut. Bahkan nilainya mencapai US$ 21 miliar hingga pertengahan tahun 2019.

Ekspor Taiwan ke AS meningkat US$ 4,2 miliar. Ini terlihat terutama pada penjualan mesin kantor.

Meksiko juga mengalami kenaikan ekspor US$ 3,5 miliar khususnya untuk produk pangan dan pertanian. Sementara Uni Eropa mengeruk US$ 2,7 miliar juga dari ekspor mesin ke AS.

Ekspor Vietnam juga meningkat US$ 2,6 miliar. Ini terutama terlihat dari penjualan peralatan komunikasi dan furnitur.

Di pasar China, Brasil juga negara yang memperoleh keuntungan dari perang dagang. Ekspor kedelai Brazil ke China naik signifikan.

Trump dan Xi Jinping Bertemu di AS

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengaku bakal menandatangani kesepakatan perdagangan “fase pertama” dengan Presiden China Xi Jinping di Muscatine, Iowa, AS.

Kedatangan Xi ke Iowa bukan yang pertama kalinya. Presiden China itu sudah dua kali mengunjungi kota tersebut sejak 1985.

Xi datang ke Iowa untuk meminpin kelompok pertanian China guna melakukan studi di AS. Ia kembali mengunjungi Iowa di 2012.

Kunjungan itu dilakukan sebelum kondisi kedua negara panas pasca Trump berkuasa. Trump memulai perang dagang dengan China dengan menyatakan bahwa Xi memusuhi AS dan nilai-nilai-nya.

Perang dagang AS-China sudah terjadi 16 bulan. Sebelumnya perjanjian perdagangan sempat ingin diteken di Chile, di tengah konferensi tingkat tinggi (KTT) APEC.

Namun hal tersebut dibatalkan. Situasi yang panas akibat demonstrasi dan pergolakan politik di Chile membuat negara itu mundur sebagai tuan rumah KTT APEC.

Sementara itu pengamat setempat menilai langkah Trump menandatangani kesepakatan di Iowa sebagai langkah cerdas. Iowa adalah kota pertanian yang terdampak perang dagang AS-China.

“Iowa itu penting. Itu negara Trump. Ini adalah basis oertanian,” kata Direktur Program China di eurasia Center di Washington, Ralph Winnie.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : sg-insight.com

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *