Perundingan AS-China Pekan Ini, Yen Menguat Lagi

Mata uang yen Jepang menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Senin (7/10/11) setelah pada pekan lalu mencatat penguatan mingguan nyaris 1%.

Pada pukul 7:35 WIB, yen diperdagangkan di level 106,75/US$ atau menguat 0,17% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Perundingan dagang AS-China di pekan ini menjadi fokus utama pelaku pasar. Ibarat dua sisi mata uang, perundingan kali ini memunculkan harapan akan adanya kesepakatan dagang kedua belah pihak, tetapi di sisi lain pelaku pasar juga berhati-hati seandainya kedua negara sekali lagi gagal mencapai kesepakatan malah terjadi eskalasi perang dagang.

Di saat hasil perundingan dagang masih belum pasti, aset aman (safe haven) seperti yen masih menjadi primadona pelaku pasar, yang terlihat dari pergerakannya pagi ini.

Selain itu, dolar AS masih belum lepas dari tekanan isu resesi di Negeri Paman Sam, setelah beberapa data yang menunjukkan pelambatan ekonomi dirilis pada pekan lalu.

Data dari Institute fo Supply Management (ISM) Kamis menunjukkan angka Purchasing Managers’ Index (PMI) pada hari Selasa (1/10/19) menunjukkan manufaktur AS periode September berada di 47,8. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1.

Indeks ini menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawah 50 artinya kontraksi yakni aktivitas sektor manufaktur semakin menyusut, sementara di atas 50 berarti ekspansi atau peningkatan aktivitas.

Data tenaga kerja AS yang bervariasi juga belum mampu membuat dolar AS bangkit. Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (4/10/11) melaporkan melaporkan tingkat pengangguran AS turun menjadi 3,5% di bulan September dari bulan sebelumnya 3,7%. Level tersebut merupakan yang terendah dalam setengah abad atau tepatnya sejak Desember 1969.

Sementara penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll/NFP) hanya 136.000 orang, lebih rendah dari bulan sebelumnya 168.000 0rang. Rata-rata upah per jam stagnan 0% month-on-month (MoM), sementara jika dilihat secara tahunan (year-on-year), rata-rata upah per jam tumbuh 2,9%, terlemah sejak Juli 2018.

Kontraksi yang dialami sektor manufaktur AS di bulan September tersebut merupakan yang terdalam sejak satu dekade terakhir, tepatnya sejak Juni 2009 ketika resesi AS 2007-2009 berakhir.

Sementara untuk sektor jasa melambat menjadi 52,6 di bulan September, dari sebelumnya 56,4.

Serangkaian dara tersebut, khususnya data sektor manufaktur, membuat AS dikatakan mengalami semi resesi.

“Sementara investor berdebat apakah kita memasuki resesi, kami percaya (dengan) latar belakang lebih baik (saat ini) digambarkan sebagai semi-resesi,” kata Kepala Strategis Ekuitas di Credit Suisse AS Jonathan Golub sebagaimana ditulis CNBC International.

Sampai ada kabar bagus dari perundingan dagang AS-China, dolar sepertinya masih akan tertekan.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : 123RF.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *