Badai & Ketegangan Iran Bikin Harga Minyak Liar
Harga minyak mentah dunia bergerak liar akibat sentimen pasokan yang salih tumpang tindih. Produksi minyak di kawasan Teluk Meksiko yang telah kembali normal membuat pasokan global meningkat untuk jangka pendek. Namun ketegangan di Timur Tengah memberi kekhawatiran akan ketersediaan pasokan dunia.
Pada perdagangan hari Jumat (19/7/2019) pukul 09:30 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Agustus naik 1,84% ke level uS$ 63,07/barel. Sementara harga light sweet (West Texas Intermediate/WTI) meroket 1,56% menjadi US$ 56,16/barel.
Lonjakan harga minyak hari ini sejatinya terjadi setelah terjun bebas pada sesi perdagangan sehari sebelumnya (18/7/2019), dimana Brent dan WTI anjlok masing-masing sebesar 3,76% dan 4,03%.
Badai Telah Berlalu
Salah satu sentimen yang mendorong terjadinya gerakan liat pada harga minyak adalah produksi minyak di kawasan Teluk Meksiko yang sudah mulai pulih.
Sebenarnya tidak ada peningkatan untuk jangka panjang pada produksi di Teluk Meksiko.
Hanya saja, pekan lalu 74% dari total fasilitas produksi yang ada di kawasan tersebut terpaksa dihentikan akibat adanya badai tropis ‘Barry’. Barry merupakan badai dengan kategori 1, yang mana memiliki kecepatan setidaknya 119 km/jam.
Akibatnya, pasokan minyak berkurang hingga 1 juta barel/hari atau sekitar 1% dari permintaan global. Kala itu pelaku pasar reaktif karena tahu pasokan akan seret dalam waktu dekat, harga minyak pun terbuai.
Kini, Barry telah tiada dan aktivitas produksi sudah mulai kembali normal. Pasokan global kembali diguyur minyak dari Teluk Meksiko.
Mau tidak mau harga minyak harus menyesuaikan, yang dalam hal ini anjlok di perdagangan kemarin.
Timur Tengah Makin Panas
Namun, ketegangan yang semakin menjadi di Timur Tengah memberi dorongan yang cukup kuat sehingga harga minyak bisa melesat lebih dari 1 % hari ini.
Amerika Serikat (AS) pada Kamis (18/7/2019) waktu setempat mengabarkan bahwa Angkatan Laut AS (US Navy) telah ‘menghancurkan’ drone milik Iran di perairan Selat Hormuz, seperti dilansir dari Reuters.
Menurut AS, aksi tersebut dilakukan karena drone Iran telah mengancam kapal perang US Navy.
Akan tetapi pihak Iran menampik kabar tersebut. “Kami tidak menerima informasi perihal kehilangan drone hari ini,” ujar Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif.
Namun AS bersikukuh telah menembak jatuh sebuah drone milik Iran. “Kami sudah mengkaji, itu adalah drone Iran,” kata juru bicara Pentagon, Rebecca Rebarich.
Entah apa yang telah terjadi di sana, tapi yang jelas konflik di Selat Hormuz mengancam distribusi pasokan minyak global. Selat tersebut merupakan jalur pengiriman untuk seperlima konsumsi minyak dunia. Kala konflik semakin memanas, aliran pasokan bisa terhambat dan mengakibatkan pasar menjadi ketat.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Okezone Ekonomi
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]