Dipicu ‘Perang Dagang’ Jepang-Korsel, Yen Melemah Lagi
Mata uang yen Jepang kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (9/7/19) hingga menyentuh level terlemah sejak 31 Mei lalu.
Pada pukul 8:26 WIB, yen diperdagangkan di kisaran 108,84/US$ atau melemah 0,14% di pasar spot, mengutip data Refinitiv.
Jika sebelumnya sentimen eksternal yang menggerakkan nilai tukar yen terhadap dolar AS, kini muncul sentimen dalam negeri yakni “perang dagang” Jepang vs Korea Selatan.
Pada hari Jumat lalu, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, mengumumkan pembatasan impor yang dapat memukul industri teknologi Korea Selatan.
Sementara itu Negeri Ginseng merespons dengan melakukan memboikot produk dari Jepang.
Mengutip CNBC International, Scott Seaman Direktur Konsultan Politik Eurasia Group wilayah Asia mengatakan kebijakan yang diambil oleh PM Abe dikatakan akibat kegagalan kedua negara mendapat solusi penanganan putusan Pengadilan Korea Selatan.
Putusan itu memberikan ganti rugi kepada warga Korea yang mengklaim dipaksa bekerja untuk perusahaan Jepang semasa perang dunia kedua.
“Kedua negara akan saling memberikan balasan dari kebijakan yang diambil dalam beberapa bulan ke depan dan hubungan bilateral kedua negara akan memburuk”, kata Seaman.
Memburuknya hubungan dagang kedua negara tentunya bisa semakin menekan perekonomian Jepang, dan Bank of Japan (BOJ) semakin berpeluang untuk menggelontorkan stimulus moneter yang dapat melemahkan yen.
Sebelumnya yen sudah ditekan oleh dolar setelah rilis data tenaga kerja AS yang cukup bagus. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan data tenaga kerja yang terdiri dari penyerapan pekerja di luar sektor pertanian (Non-Farm Payroll), tingkat pengangguran, serta rata-rata gaji per jam pada Jumat malam.
Non-farm payroll dilaporkan bertambah sebanyak 224.000 orang, jauh di atas bulan Mei sebanyak 75.000 orang. Sementara tingkat pengangguran meski naik menjadi 3,7% dari sebelumnya 3,6% tetapi masih dekat level terendah 50 tahun.
Pada periode yang sama, rata-rata gaji per jam naik 0,2% month-on-month dan 3,1% year-on-year.
Rilis data tenaga kerja AS tersebut cukup bagus dan mengubah prediksi pelaku pasar terhadap peluang pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Jika sebelumnya pelaku pasar memprediksi The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali di tahun ini, kini menjadi maksimal dua kali.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : AsiaNews
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]