The Fed Ingatkan Efek Buruk Bila Pemerintahan AS Ditutup Lagi
Chairman bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell mengingatkan bila penutupan pemerintahan terjadi lagi maka perekonomian bisa terpukul dan merusak kepercayaan diri AS.
Penutupan pemerintahan AS terjadi pada 22 Desember 2018 karena presiden Donald Trump dan Kongres AS tidak bisa mencapai kata sepakat soal anggaran tembok perbatasan dengan Meksiko. Penutupan itu merupakan yang kedua pada masa pemerintahan Trump.
Trump mengajukan anggaran US$5,7 miliar (sekitar Rp 72,8 triliun) untuk membangun tembok perbatasan AS-Meksiko. Namun, yang disanggupi hanya US$1,3 miliar (Rp 18,9 triliun).
Penutupan pemerintahan kali ini menjadi yang terlama sepanjang sejarah AS. Sebanyak 80 ribu pegawai negeri federal menjadi korban karena tak mendapatkan gaji.
Trump akhirnya melunak, dia memutuskan menandatangani anggaran tanpa dana pada 26 Januari agar pemerintahan bisa dibuka kembali. Meski begitu pembukaan pemerintahan itu hanya diberlakukan sampai 15 Februari.
Trump mengancam bakal menutup pemerintahan lagi bila anggaran yang diminta tidak didapat.
Penutupan pemerintahan AS selama lima pekan dirasa tidak memberikan dampak jangka panjang buat perekonomian AS. Meski begitu, bila terjadi lagi dikatakan “bisa menimbulkan efek jangka panjang”.
Selain penutupan pemerintahan, Powell juga menyinggung soal penundaan pembicaraan perdagangan China yang bisa memukul perekonomian AS. Negosiasi itu masih jauh dari selesai karena masalahnya sangat rumit yang melibatkan di antaranya perang tarif dan komoditas.
“Negosiasi yang lebih panjang … dapat berakibat melemahkan kepercayaan bisnis. Ketidakpastian bukan teman bisnis,” kata Powell saat konferensi pers di Washington, Rabu (31/1).
AS menyebut ada peluang mencapai kesepakatan dengan China. Ditargetkan perselisihan perdagangan kedua negara bisa diatasi sebelum tenggat waktu pada 1 Maret 2019.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : BBC
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]