Menentang Presiden Venezuela, Demonstran Bentrok dengan Polisi
Bentrokan dilaporkan terjadi di ibu kota Venezuela, Caracas, antara massa penentang Presiden Nicolas Maduro dengan polisi.
Bentrokan terjadi beberapa jam setelah 27 orang anggota Garda Nasional ditangkap karena berusaha melancarkan pemberontakan terhadap Maduro.
Dilaporkan The Guardian Selasa (22/1/2019), massa di kawasan kelas pekerja Caracas menyalakan api untuk membarikade diri mereka dari polisi.
Sementara pasukan anti-huru hara menembakkan gas air mata untuk mengurai pengunjuk rasa yang memprotes harga yang naik hingga gaji kecil.
Eduardo Solano, seorang ilmuwan komputer muda yang ikut dalam aksi demonstrasi mengatakan, kondisi di Venezuela sudah tak tertahankan.
“Tidak masalah jika Anda mendapat dollar Amerika Serikat (AS) atau bolivar karena semuanya tak cukup untuk hidup,” keluhnya.
Dia bersama demonstran lain harus bubar saat tengah malam setelah anggota geng yang loyal kepada pemerintah, dikenal sebagai colectivos, datang dan menembak di udara. Dilaporkan organisasi pengawas lokal, Garda Nasional menempatkan tank untuk menangkal aksi serupa di El Valle meski belum ada keterangan resmi.
Upaya pemberontakan yang gagal dan bentrokan jalanan terjadi jelang pawai oposisi melawan Maduro yang bakal digelar Rabu (23/1/2019).
Venezuela yang dikenal sebagai negara kaya minyak dihantam krisis ekonomi dan politik, membuat hiperinflasi terjadi hingga satu juta persen pada 2018.
Negara Amerika Latin itu mengalami kekurangan pasokan makanan dan obat-obatan dasar. Dengan angka kejahatan meningkat, sekitar tiga juta orang melarikan diri.
Maduro yang berkuasa sejak kematian mentornya Hugo Chavez pada 2013 sudah berulang kali menolak desakan untuk mengundurkan diri.
Dia mengesampingkan majelis nasional yang dipimpin oposisi pada 2017, dan menggantinya dengan dewan konstitusi dalam pemilihan yang dibalut dalam tuduhan penipuan.
Ketika unjuk rasa pecah pada tahun itu, presiden 56 tahun itu mengerahkan militer yang membunuh 120 orang dan melukai ratusan demonstran lainnya.
Krisis makin meningkat sejak Maduro yang kembali memenangkan pemilihan pada Mei 2018 berusaha menggalang oposisi sejak dilantik pada 11 Januari lalu.
Juan Guaido, pemimpin oposisi dari dewan nasional mendeklarasikan dirinya siap memangku jabatan presiden hingga pemilu selanjutnya digelar.
Dia mendukung aksi unjuk rasa itu dengan mengatakan kini rakyat Venezuela bersatu karena krisis air, listrik, obat, hingga masa depan.
“Saat ini, kita semua berada dalam situasi yang tidak pasti, kecuali bagi si perampas kekuasaan,” sindir Guaido di Twitter merujuk kepada Maduro.
Solano menuturkan, selama ini dia hanya diam melihat setiap kebijakan Maduro karena dia merupakan pendukung Chavez. “Namun kini, semua orang meneriakkan kalimat bahwa mereka menginginkan Nicolas (Maduro) untuk lengser,” tegasnya.
Asisten Direktur Washington Office on Latin America Geoff Ramsey berkata, peristiwa itu memberikan satu fakta: berkembangnya ketidakpuasan terhadap Maduro.
“Jika ada solusi politik, maka oposisi harus menawarkan proposal yang bisa mencerminkan kepentingan rakyat,” terang Ramsey.
Sumber : kompas.com
Gambar : VOA Indonesia
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]