Penurunan Ekspor Iran Dongkrak Harga Minyak Mentah

Harga minyak mentah menanjak sekitar 1 persen pada perdagangan Selasa (9/10). Penguatan terjadi akibat penurunan ekspor minyak mentah Iran, sebelum berlakunya sanksi baru AS kepada negara Timur Tengah tersebut.

Kenaikan harga juga disebabkan oleh berhentinya operasional sebagian fasilitas produksi di Teluk Meksiko karena badai Michael di AS.

Dilansir dari Reuters, Rabu (10/10), harga minyak mentah berjangka Brent naik US$1,09 atau 1,3 persen menjadi US$85 per barel. Pekan lalu, harga minyak mentah acuan global ini menembus level US$86,74 per barel, tertinggi sejak empat tahun terakhir. Namun, Brent kembali tertekan pada Senin kemarin ke level US#82,66.

Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,67 atau 0,9 persen menjadi US$74,96 per barel.

Berdasarkan data pengiriman minyak dan sumber dari pelaku industri, ekspor minyak mentah Iran merosot lebih jauh pada pekan pertama Oktober 2018. Konsumen minyak Iran telah mencari alternatif pasokan dari negara lain, sebelum sanksi AS terhadap Iran berlaku efektif pada 4 November 2018 mendatang.

Iran merupakan produsen OPEC terbesar ketiga. Refinitiv Eikon mencatat volume ekspor minyak mentah Iran mencapai 1,1 juta barel per hari (bph). Kemudian, sumber yang bergelut di industri perminyakan yang mencatat pengiriman ekspor menyatakan pengiriman minyak Iran pada Oktober sejauh ini di bawah 1 juta bph.

Volume ekspor minyak Iran merosot April 2018, sebelum Presiden AS Donald Trump menyatakan AS keluar dari perjanjian nuklir Iran pada Mei 2018 lalu. Volume ekspor Oktober 2018 juga merosot dari ekspor September yang mencapai 1,6 juta bph.

Pekan lalu, produsen OPEC terbesar Arab Saudi menyatakan bakal mengerek produksinya bulan depan menjadi 10,7 juta bph.

Pada Senin (7/10), Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan klaim Arab Saudi yang dapat menutup berkurangnya pasokan minyak mentah dari Iran adalah omong kosong.

“Muncul kekhawatiran terhadap produsen minyak mentah seperti Arab Saudi dan Rusia bakal kesulitan untuk mengkompesasi penurunan produksi dari Iran dan Venezuela yang telah menopang harga pada perdagangan hari ini,” ujar Analis Energi Senior Interfax Energy Abhisek Kumar di London.

Pada Selasa lalu, Biro Penegakan Keselamatan dan Lingkungan AS (BSEE) menyatakan produsen minyak di Teluk Meksiko memangkas produksi minyak sebesar 40 persen seiring Badai Michael yang mendekati pesisir Florida.

Lebih lanjut, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2018 dan 2019. Hal itu disebabkan oleh memanasnya tensi perdagangan dan kenaikan tarif impor berimbas pada aktivitas perdagangan. Kemudian, negara berkembang juga tengah menghadapi kondisi keuangan yang ketat dan tekanan aliran modal keluar.

 

 

 

 

Sumber : Cnnindonesia.com
Gambar : SINDOnews

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *