Inflasi Rendah, Australia Tahan Suku Bunga Acuan 1,5%
Bank sentral Australia masih betah dengan rezim suku bunga rendah meski ekonominya tumbuh kuat. Alasan utama bank sentral mempertahankan rezim ini karena inflasi yang rendah dan lemahnya pertumbuhan upah.
Pada Selasa (2/10/2018), Reserve Bank of Australia (RBA) mempertahankan suku bunga acuan di level 1,50% dan merupakan yang terendah sejak RBA memangkas suku bunga secara bertahap pada Agustus 2016. Hal tersebut dilakukan untuk menopang industri non tambang karena berkurangnya investasi baru di sumber daya.
“Level suku bunga yang rendah melanjutkan dukungan terhadap perekonomian Australia,” kata Philip Lowe, Gubernur RBA dalam sebuah pernyataan selepas rapat direksi bulanan, dilansir dari AFP.
“Dewan Gubernur memutuskan memegang sikap kebijakan moneter yang tidak berubah dalam rapat ini akan konsisten dengan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan mencapai target inflasi dari waktu ke waktu.”
Ekonomi Negeri Kangguru tumbuh 0,9% di kuartal Maret-Juni, menyusul pertumbuhan 0,7% di kuartal sebelumnya yang didorong oleh peningkatan ekspor, serta belanja konsumen dan pemerintah.
Pemerintah menetapkan tingkat pertumbuhan tahunan menjadi 3,4%, tercepat sejak September 2012.
RBA menyadari data ekonomi yang kuat, tetapi mengatakan proyeksi belanja rumah tangga masih menjadi “sumber ketidakpastian yang berlanjut”. Sementara itu, pertumbuhan upah, yang akan membantu menaikkan inflasi, tetap lambat.
“Pertumbuhan pendapatan rumah tangga masih rendah dan level utang tinggi,” kata Lowe.
“Pertumbuhan upah tetap rendah, meski sudah sedikit naik. Pemulihan ekonomi harus mengalami kenaikan upah dari waktu ke waktu, meski prosesnya kemungkinan akan bertahap.”
Tom Kennedy selaku ekonom JP Morgan mengatakan bank sentral kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga acuan sampai angka pengangguran, yang kini berada di posisi 5,3%, turun ke bawah 5%.
“Jika [pengangguran] bergerak ke bawah 5%, itu akan memberi RBA kepercayaan diri bahwa perekonomian berjalan di arah yang tepat dan upah akan naik, dan seiring dengan itu, inflasi,” kata Kennedy kepada AFP.
“Pandangan kami adalah angka pengangguran akan stabil di level saat ini dan konsumen akan tetap relatif dilemahkan oleh pertumbuhan pendapatan yang cukup lemah. Itu adalah cerita selama beberapa tahun lalu, dan kemungkinan akan kembali menjadi sebuah cerita ke depannya.”
Inflasi saat ini berada di level 2,1%, berada di batas bawah dari kisaran target RBA yaitu 2%-3%.
Para ekonom memprediksi bank sentral tidak akan menaikkan suku bunga sampai kuartal terakhir tahun depan. Apalagi, persyaratan pinjaman yang semakin ketat dan harga rumah yang turun juga kemungkinan akan mengurangi belanja konsumen.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : KONTAN
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]