Permintaan China Berpotensi Naik, Harga Minyak ‘Menguat’

Harga minyak dunia menanjak pada perdagangan Selasa, (25/), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan dipicu oleh potensi kenaikan permintaan dari China.

Dilansir dari Reuters, Rabu (25/7), harga minyak mentah Brent menguat US$0,38 menjadi US$73,44 per barel, setelah sempat menyentuh level US$74 per barel.

Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,63 atau hampir 1 persen menjadi US$68,52 per barel. Di awal sesi perdagangan, harga WTI sempat mencapai US$69,05 per barel.

Analis Price Futures Group Phil Flynn mengungkapkan pemberitaan tentang China bakal mengerek belanja infrastruktur membantu mengurangi kekhawatiran terhadap memanasnya tensi perdagangan antara AS dan China. Sebelumnya, perang dagang antara kedua negara besar itu dikhawatirkan dapat menekan permintaan minyak Negeri Tirai Bambu.

“Itu (kenaikan belanja infrastruktur China) akan sangat mendorong (bullish) permintaan minyak,” ujar Flynn seperti dikutip dari Reuters, Rabu (25/7).

Berdasarkan data historis, belanja infrastruktur China mampu mendongkrak permintaan minyak.

“Saya rasa itu (kenaikan belanja infrastruktur China) akan menambah dukungan dari luar untuk harga minyak,” ujar Flynn.

Menurut Vice President Tradition Energy Gene McGillian, kondisi permintaan-penawaran pasar minyak dunia akan tetap menguntungkan, kecuali ada kenaikan signifikan dari produksi minyak mentah Rusia dan Arab Saudi. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi global yang kuat telah menggerus persediaan minyak mentah.

Berdasarkan data Institut Perminyak Amerika (American Pertroleum Institute/API), persedian minyak mentah AS pekan lalu merosot sebesar 3,2 juta barel. Penurunan yang lebih besar dibandingkan perkiraan membuat harga minyak mentah berjangka terkerek saat penutupan perdagangan dengan harga mencapai US$68,73 per barel.

Presiden Ritterbusch dan Associates Jim Ritterbusch menilai komitmen Rusia dan Arab Saudi untuk mengerek produksi, bersamaan dengan berkurangnya gangguan pasokan di Libya dan penurunan permintaan dari kilang global, terus membebani harga minyak.

Sentimen pasar telah digerakkan oleh ketakutan akan potensi terganggunya pasokan minyak dunia akibat konfrontasi di Timur Tengah. Selain itu, potensi terganggunya pasokan juga disebabkan oleh sengketa perdagangan AS dengan mitra dagang utama yang dapat menekan pertumbuhan ekonomi global.

Iran, produsen terbesar ketiga Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), terus mendapatkan dari pemerintah AS. Presiden AS Donald Trump menginstruksikan negara lain untuk memangkas seluruh impor minyak dari Iran mulai November mendatang. Produksi Iran saat ini mencapai 3,75 juta barel per hari.

Arab Saudi dan negara produsen minyak utama lainnya tengah mengerek produksi untuk mengimbangi kemungkinan menurunnya pasokan pada November mendatang.

Di AS, berdasarkan data pemasok Genscape, persediaan minyak mentah AS pada hub pengiriman Cushing, Oklahoma pekan lalu menanjak.

 

 

Sumber Berita : CNN
Sumber foto : Pars Today

 

[social_warfare buttons = “Facebook, Pinterest, LinkedIn, Twitter, Total”]

 

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *