Meski Tergelincir, Dolar AS Libas Yen Jepang
Dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi WIB). Namun di sisi lain, mata uang Negeri Paman Sam tersebut justru mampu melibas yen Jepang, dan bahkan sempat menyentuh level tertinggi sembilan bulan terakhir terhadap yen Jepang.
Hal tersebut terjadi di saat investor sedang menunggu data-data penting yang akan dirilis pada minggu ini dan mengawasi potensi intervensi untuk menopang mata uang Jepang yang lemah.
Dikutip dari Investing.com, Selasa, 29 Agustus 2023, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap mata uang utama saingannya, turun 0,02 persen menjadi 104,0567 pada penutupan perdagangan.
Di sisi lain, dolar AS dibeli 146,75 yen Jepang, level tertinggi sejak 9 November pada akhir sesi Senin, 28 Agustus 2023, lebih tinggi dari 146,38 yen Jepang pada sesi sebelumnya.
Analis di Bank of America mencatat fasilitas pembelian kembali asing Federal Reserve dan sekuritas Treasury AS yang disimpan telah turun sekitar USD18 miliar sejak 9 Agustus, yang mungkin mencerminkan aktivitas intervensi yang moderat.
Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda mengatakan bank tersebut akan mempertahankan pendekatan kebijakan moneter saat ini, karena inflasi yang mendasari di Jepang tetap sedikit di bawah target dua persen.
Ekspektasi pasar terhadap kebijakan Fed
Greenback telah menguat dalam beberapa minggu terakhir dari ekspektasi the Fed akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama karena ekonomi tetap tangguh.
Investor juga meningkatkan ekspektasi bank sentral AS dapat menaikkan suku bunga lagi tahun ini setelah Ketua Fed Jerome Powell mengatakan kenaikan suku bunga lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mendinginkan inflasi yang masih terlalu tinggi, sementara juga berjanji untuk bergerak dengan hati-hati pada rapat mendatang.
Pasar melihat peluang sebesar 79 persen The Fed akan menaikkan suku bunga pada bulan depan, menurut Tool FedWatch CME Group (NASDAQ: CME), tetapi probabilitas kenaikan 25 atau 50 basis poin di November kini mencapai 62 persen, dibanding 43 persen seminggu sebelumnya.
Pergerakan pada Senin relatif kecil sebelum data yang sangat diantisipasi minggu ini yang mencakup inflasi Eropa dan data pengeluaran konsumsi pribadi AS pada Kamis, dan laporan pekerjaan AS Agustus pada Jumat.
Euro melemah
Di sisi lain, euro telah melemah terhadap dolar AS selama sebulan terakhir karena perbedaan pandangan ekonomi untuk masing-masing wilayah.
EUR per USD naik tipis 0,09 persen ke 1,0827 setelah jatuh ke USD1,07655 pada Jumat, menjadi level terendah sejak 13 Juni.
Yuan Tiongkok stabil terhadap dolar, didukung oleh langkah bank sentral Tiongkok yang terus-menerus menetapkan kurs tengah harian yang lebih kuat dari perkiraan. Yuan spot terlihat flat di 7,2900 CNY per USD.
Dolar Australia yang sensitif terhadap Tiongkok turun 0,02 persen menjadi USD0,6428, setelah tertekan bulan ini karena kekhawatiran atas pemulihan pasca pandemi Tiongkok yang tersendat-sendat menghambat sentimen.
Tiongkok mengurangi separuh bea meterai untuk perdagangan saham yang berlaku efektif Senin dalam upaya terbaru untuk mendorong pasar yang sedang kesulitan akibat pemulihan yang tersendat di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini.
Sumber : medcom.id
Gambar : Jawapos.com