Masih Labil, Baru Sehari Naik Harga Emas Turun Lagi
Volatilitas harga emas masih berlanjut. Pada Kamis (31/3/2022) pukul 06:30 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.932,25/troy ons. Emas melemah 0,04% dari hari sebelumnya.
Harga emas sempat menguat pada Rabu (30/3) dan ditutup di level US$ 1.933,06/troy ons. Naik 0,73% dibandingkan hari Selasa (29/3).
Dalam sepekan, harga emas sudah turun 1,3% point to point dan melemah 0,56% dalam sebulan. Kendati demikian, emas masih naik 13,2% dalam setahun.
Volatilitas harga emas terjadi karena sejumlah faktor mulai dari kenaikan suku bunga acuan The Fed, konflik Rusia-Ukraina, serta kenaikan harga minyak mentah dunia. Kenaikan suku bunga acuan The Fed akan menurunkan harga emas.
Di sisi lain, konflik Rusia yang belum mereda dan menguatnya harga minyak mentah dunia mengungkit harga emas.
Ilya Spivak, kepala strategist Daily FX mengatakan pelemahan harga emas menunjukkan sentimen perang kini sudah tidak menjadi faktor utama pendorong emas.
“Pelemahan emas mencerminkan moderatnya kekhawatiran market terhadap perang Ukraina-Rusia,” tutur Ilya, seperti dikutip dari Forbes.
Harga emas sempat anjlok karena sinyal-sinyal perdamaian mulai muncul dalam perundingan kedua negara di Turki pekan ini serta ekspektasi pasar akan kenaikan suku bunga acuan The Fed yang signifikan.
Sebelumnya, Rusia berjanji untuk menarik pasukan dari Kota Kyiv dan Chernihiv dalam perundingan damai kedua negara di Turki, Selasa (29/3).
Namun, eskalasi kembali meningkat karena Rusia masih memborbardir kedua kota tersebut.
Edward Meir, analis dari ED&F Man Capital Markets mengatakan perkembangan harga emas masih dipengaruhi situasi terbaru dari konflik Rusia-Ukraina.
“Situasi konflik Rusia-Ukraina yang semula nampak akan membaik ini justru kembali memburuk. Faktor ini mendorong harga emas,” tutur Edward, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, The Fed sudah mengirim sinyal bahwa mereka akan menaikkan suku bunga 50 bps untuk menangani lonjakan inflasi.
Sebagai catatan, kenaikan suku bunga acuan The Fed akan memicu meningkatnya yield surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS). Emas yang tidak memiliki imbal hasil menjadi kurang menarik jika yield surat utang AS naik.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Bisnis.com