Grab dan Traveloka Siap Melantai di Bursa AS
Grab Holdings Inc. dan Traveloka bersiap menjadi perusahaan publik di bursa saham AS, Wall Street dalam beberapa bulan mendatang. Kedua perusahaan start up tersebut bahkan dikabarkan telah menggandeng mitra untuk melancarkan proses tersebut.
Melansir Bloomberg, Rabu (14/4), Grab akan mengumumkan rencana pencatatan perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) pada pekan ini. Perusahaan akan melakukan IPO melalui perusahaan akuisisi bertujuan khusus atau Special Purpose Acquisition Company (SPAC) yang mendapatkan dukungan dari manajer investasi T. Rowe Price hingga Temasek Holdings Pte.
Lewat IPO tersebut, valuasi Grab diprediksi mencapai lebih dari US$34 miliar, setara Rp496,57 triliun (mengacu kurs Rp14.605 per dolar AS).
CNNIndonesia.com telah menghubungi President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata dan Corporate Communication Lead Grab Indonesia Vishnu Kara Mahmud untuk mengkonfirmasi kabar tersebut. Namun, yang bersangkutan belum menjawab.
Selanjutnya, Traveloka juga dikabarkan akan mengikuti langkah Grab melantai di bursa saham AS. Valuasi Traveloka usai menjadi perusahaan publik diperkirakan mencapai US$5 miliar, atau Rp73 triliun.
Serupa, Traveloka juga akan melakukan IPO menggunakan SPAC yang mendapatkan dukungan oleh miliarder Richard Li dan Peter Thiel.
Namun, Head of Corporate Communication Traveloka Reza Amirul Juniarshah enggan menanggapi kabar tersebut.
“Mohon maaf saya tidak bisa berkomentar untuk saat ini,” ucapnya kepada CNNIndonesia.com.
Namun, rencana besar tersebut akan menghadapi persaingan dari rencana oleh raksasa start up lainnya, yakni Gojek, raksasa e-commerce Tokopedia hingga PropertyGuru di Singapura.
Debut para raksasa start up Asia Tenggara tersebut memungkinkan investor untuk bertaruh pada kekuatan industri teknologi pasca-covid-19, terhadap sektor keuangan dan industri yang telah lama mendominasi lanskap perusahaan di kawasan.
Dalam jangka panjang, pengamat pasar mengharapkan perusahaan teknologi di Asia Tenggara yang tumbuh cepat mendominasi perhatian pasar. Seperti halnya raksasa teknologi China dan AS.
“Kami telah melihat tren serupa di pasar lain yang lebih mapan, dan sekarang ini adalah periode emas Asia Tenggara,” kata Direktur di Cathay Capital Rajive Keshup.
Ia berharap lebih banyak modal mengalir ke kawasan Asia Tenggara setelah pengumuman besar rencana IPO para start up tersebut.
Asia Tenggara tidak memiliki satupun perusahaan teknologi besar yang terdaftar di bursa saham AS, hingga perusahaan e-commerce, Sea Ltd, melakukan IPO di New York pada 2017 lalu.
Hal itu tidak terlepas dari pertumbuhan populasi pengguna ponsel pintar di Asia Tenggara. Potensi itu menarik perusahan-perusahan teknologi raksasa duni seperti Amazon.com Inc, perusahaan besar China termasuk Tencent Holdings Ltd. dan Alibaba Group Holding Ltd., untuk melirik konsumen Asia Tenggara.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia