Indeks Manufaktur RI Turun ke 50,9 Pada Februari
Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di posisi 50,9 pada Februari 2021. Angka itu turun dari Januari 2021 yang sebesar 52,2.
Padahal, indeks Januari 2021 merupakan level tertinggi selama 6,5 tahun terakhir.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menuturkan meskipun turun, indeks manufaktur Indonesia masih berada dalam level ekspansif.
“Indonesia sudah enam bulan berturut-turut level PMI-nya pada level ekspansif. Kenapa ada penurunan pada Februari ini, salah satunya wajar karena pada Februari perusahaan-perusahaan sedang melakukan perencanaan, jadi mereka belum eksekusi,” tuturnya pada konferensi pers, Senin (1/3).
Agus meyakini berbagai kebijakan dan stimulus yang telah diluncurkan pemerintah guna membangkitkan kembali gairah pelaku usaha dan pemulihan ekonomi nasional, bisa mendorong indeks manufaktur Indonesia terus berada di level ekspansif.
Kebijakan yang dimaksud adalah pembebasan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) kendaraan bermotor yang mulai berlaku awal bulan ini dan pemotongan sebesar 50 persen yang berlaku Juni sampai Agustus 2021.
“Kebijakan PPnBM bisa menambah confidence (kepercayaan) dari para pelaku industri, sehingga mendorong PMI kita kembali naik di atas 51 poin,” ucapnya.
Ia meyakini pelonggaran pajak tersebut mampu mendorong penjualan mobil mencapai sampai 81 ribu unit, khususnya untuk mobil di bawah 1.500 cc. Selain itu produksi mobil diprediksi bisa kembali mencapai 1,2 juta unit per tahunnya, atau sama dengan masa sebelum pandemi covid-19.
Sementara itu, keterangan resmi Kementerian Perindustrian mengungkapkan output dan permintaan baru terus meningkat berdasarkan laporan hasil survei IHS Markit. Di samping itu, perusahaan masih sangat optimis bahwa output akan naik selama 12 bulan mendatang.
Catatan positif lainnya, produksi meningkat selama empat bulan berturut-turut sehingga perusahaan terus meningkatkan output sesuai dengan pertumbuhan permintaan baru. Bahkan, permintaan baru meningkat tajam pada bulan Februari atau setidaknya dalam tiga bulan terakhir.
Peningkatan output dan permintaan baru yang berkelanjutan saat ini mendorong perusahaan untuk meningkatkan aktivitas pembelian dan membatasi pemutusan hubungan kerja (PHK).
Direktur Ekonomi IHS Markit Andrew Harker mengatakan kenaikan jumlah kasus covid-19 masih mengganggu operasional sektor manufaktur. Namun, ia menilai sektor manufaktur masih relatif tangguh pada bulan ini.
“Meskipun ada gangguan yang disebabkan oleh pandemi, optimisme perusahaan terkait perkiraan tahun depan masih tidak berkurang di tengah harapan bahwa pandemi akan segera berakhir,” ucapnya dikutip dari keterangan resmi Kementerian Perindustrian.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : SWA