Harga Minyak Terus Terbang Akibat Pengurangan Pasokan
Harga minyak menguat lagi pada akhir perdagangan Rabu (10/2) waktu Amerika Serikat (AS). Kenaikan ini memperpanjang reli untuk hari kesembilan dan merupakan kenaikan beruntun terpanjang dalam dua tahun terakhir.
Penguatan harga didukung oleh pengurangan pasokan produsen-produsen utama dan harapan peluncuran vaksin covid-19 yang akan mendorong pemulihan permintaan.
Mengutip Antara, Kamis (11/2), minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April ditutup naik 38 sen atau 0,6 persen menjadi US$61,47 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret bertambah 32 sen atau 0,6 persen menjadi US$58,68 per barel.
Seperti diketahui penurunan persediaan minyak mentah AS jadi salah satu pendukung penguatan harga. Badan Informasi Energi mencatat pasokan minyak mentah pekan lalu turun 6,6 juta barel menjadi 469 juta barel.
Ini merupakan penurunan minggu ketiga berturut-turut dan tercatat sebagai yang terendah sejak Maret 2020.
“Kombinasi aktivitas penyulingan yang lebih tinggi dan impor yang lebih rendah menghasilkan penarikan persediaan minyak ketiga berturut-turut, dan penurunan yang kuat pada saat itu,” kata Matt Smith, direktur riset komoditas di ClipperData.
Namun demikian, lonjakan harga minyak mentah sendiri telah terjadi sejak November ketika pemerintah di beberapa negara memulai program vaksinasi untuk covid-19 sambil memberlakukan paket stimulus besar guna meningkatkan aktivitas ekonomi, serta pembatasan pasokan minyak oleh produsen top dunia.
Eksportir utama Arab Saudi memutuskan mengurangi pasokan pada Februari dan Maret, melengkapi pemotongan yang disepakati oleh anggota lain dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+.
Beberapa analis memperkirakan permintaan minyak akan menguat pada 2021 karena lebih banyak orang mendapatkan vaksinasi dan mulai melakukan perjalanan dan bekerja di kantor.
“Momentum (penguatan harga) tetap ada dengan reli yang mungkin tidak akan lama sampai WTI bergabung dengan Brent di wilayah 60 dolar AS,” kata Craig Erlam, analis pasar senior OANDA Eropa.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Liputan6.com