Duh! Harga Minyak Anjlok Lagi, Drop Hampir 8%
Semalam harga minyak kembali merosot tajam. Pagi ini pada perdagangan waktu Asia, harga si emas hitam masih melanjutkan koreksinya.
Selasa (28/4/2020), harga minyak mentah kontrak berjangka kembali melorot. Harga minyak mentah acuan internasional yakni Brent untuk kontrak pengiriman Juni 2020 ambles 2% ke US$ 19,59/barel.
Pada saat yang sama harga minyak mentah acuan Negeri Paman Sam yakni West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Juni 2020 anjlok 7,75% ke US$ 11,79/barel. Semalam harga minyak kembali terjun bebas dengan harga kontrak WTI turun 24% sementara Brent terpangkas 6%.
Kembali anjloknya harga minyak terjadi seiring dengan United States Oil Fund, sebuah exchange traded fund yang mengacu pada pergerakan minyak WTI menyatakan akan menjual seluruh kontrak WTI pengiriman Juni mulai Senin waktu setempat dan akan beralih membeli kontrak dengan jangka waktu yang lebih lama.
Pandemi virus corona (COVID-19) yang kini telah menjangkiti lebih dari 185 negara dan teritorial di dunia serta menginfeksi 3 juta orang secara global diperkirakan telah memangkas permintaan minyak hingga 30 juta barel per hari (bpd).
Di sisi lain negara kartel minyak yang terdiri dari Arab, Rusia serta koleganya yang tergabung dalam OPEC+ hanya memangkas 9,7 juta bpd. Itu pun baru akan dilakukan Mei nanti hingga Juni.
Volume pemangkasan tersebut dinilai tak akan bisa mengimbangi anjloknya permintaan minyak serta pemulihan yang diyakini berjalan lebih lambat dari yang diperkirakan.
Kekhawatiran utama yang kini merebak adalah tidak ada tempat untuk menyimpan minyak yang tak terkonsumsi akibat berbagai langkah pembatasan ekonomi seperti social distancing hingga lockdown di berbagai penjuru dunia.
Jika mengacu pada data konsultasi Kpler, akibat kejatuhan permintaan minyak, tangki penyimpanan (storage) yang ada di darat (onshore) kini telah terisi 85% dari kapasitasnya hampir penuh.
Reuters bahkan melaporkan, kini trader lebih memilih untuk menyewa kapal tanker AS untuk menyimpan minyak dan mengirimkannya ke luar negeri, saking putus asanya tidak tahu lagi mau menyimpan si emas hitam di mana lagi.
“Sulit untuk melihat sentimen berubah menjadi positif untuk minyak sampai ada bukti pemangkasan [produksi] OPEC dan peningkatan permintaan memperlambat atau membalikkan total persediaan global,” kata kepala strategi pasar global AxiCorp, Stephen Innes.
Tak bisa dipungkiri, pandemic COVID-19 telah memporak-porandakan passer energi terutama minyak. Kini banjir pasokan yang terjadi harus ditanggung dengan kejatuhan harga yang signifikan.
Sumber : .cnbcindonesia.com
Gambar : MerahPutih