Kacau! Harga Minyak Ambrol Lagi, Jatuh lebih 9%
Harga minyak mentah kembali ambles pada perdagangan awal pekan ini. Kembali membengkaknya stok minyak di tengah pandemi menjadi sentimen buruk bagi harga si emas hitam.
Senin (27/4/2020), harga minyak mentah kontrak berjangka pengiriman Juni 2020 anjlok , terutama untuk minyak mentah acuan AS, yakni West Texas Intermediate (WTI). Pada 09.47 WIB, Brent terkoreksi 3,2% ke US$ 20,75/barel. Sementara di waktu yang sama WTI diperdagangkan di level US$ 15,36/barel atau ambles 9,3%, mengutip dari AFP.
Awal pekan lalu, harga minyak WTI kontrak pengiriman Mei anjlok sampai masuk teritori negatif. Hal ini dipicu oleh pasar yang tengah kebanjiran pasokan bahan bakar justru di saat aktivitas ekonomi cenderung melambat bahkan hampir berhenti.
Kontrak WTI yang terakhir pada 21 April 2020 lalu yang ambles dibawah US$ 0/barel turut menyeret kontrak WTI pengiriman Juni ikut terpelanting. Namun setelah kontrak kadaluwarsa, harga minyak WTI pengiriman Juni berangsur pulih dan reli.
Bagaimanapun juga pasar tak bisa menampik bahwa banyaknya stok masih terjadi. Menurut laporan Energy Information Agency (EIA) AS, stok minyak Negeri Paman Sam pada 17 April lalu mencapai 518,6 juta barel mendekati level tertingginya di 535 juta barel pada 2017 silam.
EIA juga mencatat bahwa saat ini masih ada setidaknya 160 juta barel minyak yang berada di kapal. Saking banyaknya pasokan sementara permintaan melemah membuat orang-orang dilanda kebingungan untuk menyimpan minyak ketika tangki penyimpanan (storage) mulai terisi penuh. Realita yang pahit memang.
Permintaan minyak diperkirakan anjlok 30% atau 30 juta barel per hari (bpd) sejak Maret kala pandemi COVID-19 menghantam perekonomian global. Upaya pemangkasan produksi minyak yang dilakukan oleh Arab, Rusia dan koleganya yang tergabung dalam OPEC+ dinilai tak mampu mengimbangi merosotnya permintaan.
OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi minyak mereka 9,7 juta bpd. Itu pun baru mulai bulan Mei-Juni. Padahal permintaan minyak sudah anjlok jor-joran sejak Maret. Sehingga wajar saja jika harga minyak masih dalam tekanan dan rawan terkoreksi.
“Kenaikan persediaan [minyak] dan lemahnya permintaan menjadi sentimen pemberat” kata analis ANZ, sebagaimana diwartakan Reuters. Saat ini harga minyak tengah digempur oleh dua faktor sekaligus baik dari sisi permintaan maupun pasokan. Keseimbangan supply dan demand berat sebelah sehingga memicu pasar diwarnai oversupply yang besar.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Kompas Ekonomi