California Darurat Corona, Dolar Babak Belur Lawan Yen
Nilai tukar yen kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (6/3/2020) melanjutkan penguatan tajam kemarin dan menyentuh level terkuat sejak September 2019.
Negara Bagian California yang menyatakan darurat virus corona, serta bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang diprediksi akan agresif dalam memangkas suku bunga membuat dolar AS babak belur.
Pada pukul 10:24 WIB, yen diperdagangkan di level 105,88/US$, menguat 0,26% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terkuat sejak 4 September 2019. Kamis kemarin yen menguat 1,26%, sementara jika dilihat sejak pekan lalu sudah menguat lebih dari 5%.
Kasus virus corona di Negeri Paman Sam meningkat drastis di pekan ini, berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE tercatat jumlah kasus sebanyak 233 orang. Negara Bagian California bahkan sudah memberlakukan status darurat karena korban jiwa di Negeri Paman Sam yang terus bertambah, saat ini menjadi 11 orang.
Secara global, virus corona kini telah menjangkiti nyaris 100.000 orang, dengan 80.552 orang terjangkit di China. Dari total yang terjangkit tersebut, sebanyak 3.383 orang dilaporkan meninggal dunia, dan 55.398 orang sudah pulih.
Selain penyebaran wabah tersebut, AS juga berisiko mengalami pelambatan ekonomi yang membuat The Fed memangkas suku bunga di pekan ini. Selasa malam (Selasa pagi waktu AS), The Fed secara tiba-tiba mengumumkan memangkas suku bunga acuannya atau Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1-1,25%. Pemangkasan yang mendadak sebesar itu merupakan yang pertama sejak Desember 2008 atau saat krisis finansial . Kala itu The Fed memangkas suku bunga sebesar 75 bps.
Bank sentral paling powerful di dunia ini seharusnya mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Maret waktu AS, tetapi penyebaran wabah corona virus menjadi alasan The Fed memangkas suku bunga lebih awal dari jadwal RDG.
Dalam konferensi pers setelah pengumuman tersebut, pimpinan The Fed Jerome Powell mengatakan keputusan pemangkasan suku bunga diambil setelah para anggota dewan The Fed melihat wabah virus corona mempengaruhi outlook perekonomian.
“Besarnya efek virus corona terhadap perekonomian AS masih sangat tidak menentu dan berubah-ubah. Melihat latar belakang tersebut, anggota dewan menilai risiko terhadap outlook perekonomian telah berubah secara material. Merespon hal tersebut, kami telah melonggarkan kebijakan moneter untuk memberikan lebih banyak support ke perekonomian” kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International.
Pemangkasan tersebut sudah diprediksi oleh pelaku pasar, hanya saja terjadi lebih cepat dari jadwal RDG dua pekan mendatang.
Kini, pelaku pasar kembali memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga 25 bps saat mengumumkan suku bunga 18 Maret (19 Maret waktu Indonesia) nanti. Tidak cukup sampai di situ, The Fed juga diprediksi akan kembali memangkas suku bunga sebesar 50 bps di bulan April mendatang, sebagaimana dilansir CNBC International.
Akibatnya prediksi tersebut, dolar AS terus tertekan melawan yen.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar :Okezone Ekonomi
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]