Mobius: Suku Bunga Turun, Emas Batangan Pilihan Paling Pas
Bank sentral di seluruh dunia dalam beberapa waktu terakhir telah menurunkan suku bunga akibat ancaman perlambatan pertumbuhan global. Langkah penurunan suku bunga bertujuan untuk meningkatkan pasokan uang dalam perekonomian, diharapkan bisa memicu permintaan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sayangnya kebijakan mayoritas bank sentral di seluruh dunia tersebut kurang baik untuk investor pasar keuangan. Inilah yang menjadi perhatian investor veteran Mark Mobius yang malang melintang berinvestasi di emas.
Ia mengatakan emas bisa jadi pilihan investasi yang tepat saat bank sentral di seluruh dunia memangkas suku bunga. Pernyataan itu ia sampaikan dalam acara Street Signs di CNBC, Jumat (6/9/19).
“Emas fisik adalah sebuah pilihan, menurut saya, kerena peningkatan luar biasa dalam jumlah uang yang beredar,” kata Mobius, mitra pendiri Mobius Capital Partners.
“Semua bank sentral mencoba menurunkan suku bunga, mereka memompa uang ke dalam sistem (keuangan). Kemudian, Anda memiliki semua cryptocurrency yang masuk, jadi tidak ada yang benar-benar tahu berapa banyak mata uang di sana,” katanya.
Lebih lanjut, Mobius merekomendasikan agar investor menyimpan 10% dari portofolio mereka dalam bentuk emas fisik. Sementara sisanya diinvestasikan dalam ekuitas yang menghasilkan dividen. Ini tentunya akan menguntungkan, apalagi jika dolar semakin melemah.
Menurut pandangan Mobius, pemerintah Amerika Serikat (ekonomi terbesar di dunia), tidak menginginkan dolar yang kuat.
“Mereka pasti akan mencoba untuk melemahkan dolar terhadap mata uang lainnya dan tentu saja, itu adalah perlombaan melemahkan. Karena, begitu mereka melakukan itu, mata uang lain juga akan melemah,” kata Mobius, mengutip CNBC International.
“Orang-orang pada akhirnya akan menyadari bahwa Anda harus memiliki emas, karena semua mata uang akan kehilangan nilai,” tambahnya.
Mobius menyebut alasannya merekomendasikan berinvestasi di emas adalah karena emas dapat mempertahankan nilainya jauh lebih baik daripada bentuk mata uang lainnya, dan secara tradisional merupakan tempat investasi yang aman (safe haven) selama pasar mengalami volatilitas yang tak terkendali.
Selain itu, pelemahan dolar cenderung mendorong harga emas naik. “Pada akhirnya, emas adalah alat pertukaran. Ini adalah mata uang yang stabil dalam beberapa hal,” kata Mobius.
Mobius juga menjelaskan bahwa emas diminati oleh berbagai bank sentral. Pernyataannya diperkuat oleh data dari Dewan Emas Dunia tahun ini, yang menunjukkan permintaan bank sentral untuk logam kuning telah meningkat di tengah ketidakpastian ekonomi makro global.
Pada paruh pertama tahun ini, bank sentral membeli 374 metrik ton emas, menurut Dewan Emas Dunia. Itu adalah kenaikan bersih terbesar untuk paruh pertama tahun ini sejak setidaknya tahun 2000.
“Jauh di lubuk hati, para bankir sentral percaya pada emas, tetapi mereka tidak ingin mengatakannya karena … mereka tidak akan dapat menciptakan mata uang baru,” kata Mobius.
Selain itu, Bank sentral China juga dilaporkan telah menambah cadangan emasnya selama delapan bulan berturut-turut sejak Desember, mengumpulkan 10 metrik ton logam kuning pada bulan Juli, menurut data dari People’s Bank of China.
“China adalah produsen emas terbesar sejak awal. dan tentu saja, mereka telah membeli emas, jadi tidak ada yang benar-benar tahu berapa banyak yang mereka miliki di brankas,” kata Mobius. “Saya yakin ini meningkat dengan kecepatan yang cukup bagus.”
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Financial News
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]