BMKG: Puncak Kemarau September, Musim Hujan Jatuh November
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan awal musim hujan akan jatuh pada akhir November hingga awal Desember 2019.
Kepala Subbidang Analisa dan Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi dalam konferensi pers terkait kekeringan di kantor ACT Jakarta, Selasa (20/8), mengemukakan musim kemarau yang terjadi saat ini diperkirakan akan masih berlanjut dalam dua atau tiga bulan ke depan.
“Puncak kemarau di bulan Agustus-September. Itu adalah puncak dan tidak berarti kemarau langsung berhenti, kita masih akan menghadapi September-Oktober, kekeringan dan hujan sedikit masih akan terus kita hadapi dua hingga tiga bulan ke depan,” kata Adi seperti dikutip dari Antara.
Dia menjelaskan bahwa saat ini sekitar 92 persen wilayah Indonesia mengalami kemarau. Bahkan terdapat beberapa wilayah yang mengalami hari tanpa hujan ekstrem, yaitu tidak ada hujan hingga lebih dari 60 hari seperti di seluruh Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
“Berdasarkan pantauan BMKG hingga Awal Agustus 2019, beberapa wilayah sudah mengalami kekeringan meteorologi level ekstrem dimana tercatat ada daerah yang sudah Iebih dari 60 hari tidak ada hujan, bahkan Iebih dari 90 hari tidak ada hujan. Kondisi ini tentu akan memiliki dampak lanjutan terhadap kekeringan pertanian dan kekurangan air bersih masyarakat. Selain itu, ancaman gagal panen bagi wilayah-wilayah pertanian tadah hujan semakin tinggi,” katanya.
Adi mencontohkan di wilayah Jakarta Utara sudah mengalami kekeringan di bulan Juli dan Agustus sehingga kualitas air sumur menjadi tidak bagus.
Dia menerangkan bahwa kondisi kemarau tahun ini lebih kering dibanding tahun lalu.
Menurut Adi hal tersebut disebabkan oleh siklus iklim El Nino pada akhir 2018 yang membuat kemarau lebih kering. Kendati demikian dia menyatakan kemarau 2019 tidak separah pada kekeringan di musim kemarau 2015.
Adi mengatakan sebenarnya BMKG sudah menginformasikan kepada seluruh daerah yang berpotensi terdampak kekeringan atau pernah mengalami kekeringan pada 2018 bahwa kemarau 2019 akan lebih parah dari sebelumnya. Namun Adi mengatakan pemerintah daerah maupun masyarakat tidak mengantisipasi hal tersebut.
Sumber : .cnnindonesia.com
Gambar : TribunAsia.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,T
witter,Total”]