Awali Pekan, Rupiah Loyo ke Level Rp14.339 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.339 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Senin (11/3) pagi. Angka itu melemah 0,2 persen dibandingkan penutupan pada Jumat (8/3) yakni Rp14.314 per dolar AS.
Pagi ini, sebagian mata uang Asia tercatat menguat terhadap dolar AS. Ringgit Malaysia tercatat menguat 0,01 persen, won Korea Selatan juga menguat 0,02 persen, sementara baht Thailand menguat 0,04 persen. Peso Filipina juga menguat 0,02 persen sementara yen Jepang mengalami penguatan signifikan 0,24 persen.
Adapun, mata uang utama Asia yang melemah terhadap dolar AS pada pagi ini antara lain, dolar Singapura sebesar 0,06 persen. Di sisi lain, dolar Hong Kong tak mengalami pergerakan terhadap dolar AS.
Di sisi lain, mata uang negara-negara maju mengalami pelemahan seperti euro sebesar 0,06 persen. Kemudian, dolar Australia melemah 0,28 persen dan poundsterling Inggris juga melemah 0,34 persen.
Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan pergerakan rupiah hari ini merupakan imbas dari penguatan dolar AS. Pelaku pasar masih memilih dolar AS sebagai investasi aman setelah beberapa negara memproyeksi pelemahan ekonomi global sejak pekan lalu.
Pertama, Bank Sentral Eropa memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dari 1,9 persen ke 1,1 persen. Selain itu, Bank Sentral Eropa juga tidak memberikan outlook mengenai kenaikan suku bunga tahun ini. Padahal, pasar sebenarnya menunggu bank sentral Eropa untuk menaikkan suku bunganya di tahun ini.
Tak hanya zona Eropa, pekan kemarin pemerintah China memangkas target pertumbuhan ekonomi 2019 menjadi di kisaran 6 persen hingga 6,5 persen. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi 2019 dipatok di kisaran 6,5 persen. Ini berpengaruh terhadap rupiah mengingat aktivitas ekonomi China erat kaitannya dengan Indonesia.
Namun, ada kemungkinan dolar AS terkoreksi pada hari ini. Pertama, data pertumbuhan pekerjaan non pertanian (non-farm payroll) yang dirilis pada Jumat pekan lalu terbilang mengecewakan. Menurut Departemen Ketenagakerjaan AS, pertumbuhan pekerjaan pada Februari hanya sebesar 20 ribu pekerjaan atau turun drastis dibanding Januari 180 ribu pekerjaan.
Kemudian, ada kecenderungan investor mulai melakukan aksi ambil untung setelah dolar AS perkasa berhari-hari, sehingga nilai tukar rupiah bisa menguat kembali. Hanya saja, potensi volatilitas hari ini cukup lebar, sehingga Dini memproyeksi rupiah di kisaran Rp14.230 hingga Rp14.400 per dolar AS.
“Saya lihat ada potensi profit taking juga di dolar AS karena jika dilihat indeks dolarnya sudah mencapai level tertinggi 2018. Jadi ada kemungkinan juga depresiasi rupiahnya terkoreksi,” jelas Dini kepada CNNIndonesia.com, Senin (11/3).
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]