Pemangkasan Produksi Arab Saudi Dongkel Harga Minyak
Harga minyak mentah dunia menguat lebih dari 1 persen pada perdagangan Selasa (12/2), waktu AS. Penguatan terjadi setelah data produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) turun tajam pada Januari lalu. Selain itu, penguatan juga dipicu oleh pernyataan Arab Saudi yang akan memangkas produksi hingga 500 ribu barel pada Maret mendatang.
Dilansir dari Reuters, Rabu (13/2), harga minyak mentah berjangka Brent naik US$0,91 atau 1,5 persen menjadi US$62,42 per barel. Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,69 atau 1,3 persen menjadi US$53,1 per barel.
Kebijakan pemangkasan produksi yang dilakukan OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, telah mengetatkan pasar di tengah melonjaknya produksi minyak AS. Rencananya, kebijakan yang berlaku efektif mulai Januari 2019 ini akan berakhir pada Juni 2019 mendatang.
Pada Selasa (12/2) kemarin, OPEC menyatakan telah memangkas produksinya hampir 800 ribu barel per hari (bph) pada Januari menjadi 30,81 juta bph. Pemangkasan itu terjadi secara sukarela oleh negara anggota maupun sekutunya.
Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih menyatakan bahwa Arab Saudi akan memangkas produksinya menjadi sekitar 9,8 juta bph pada Maret 2019 demi mendongkrak harga. Sebagai catatan, dalam kesepakatan OPEC, Arab Saudi berkomitmen untuk memangkas produksinya menjadi 10,3 juta bph.
“Pasar digerakkan oleh laporan OPEC, angka (produksi) OPEC dan langkah Arab Saudi menekan angka produksi cukup baik,” ujar Direktur Energi Berjangka Mizuho Bob Yawger.
Yawger menilai investor juga berharap dari babak baru pembahasan perdagangan antara AS-China pekan ini. Pembahasan tersebut diharapkan akan mendekatkan kedua negara untuk mengatasi perang dagang yang tengah berlangsung.
Presiden AS Donald Trump menyatakan ia dapat memundurkan tenggat waktu untuk mengerek tarif kepada impor barang China apabila kedua negara cukup dekat untuk memperoleh kesepakatan.
Sementara itu, Badan Administrasi Informasi AS (EIA) memperkirakan produksi minyak mentah AS akan mencetak rekor baru di level 13,2 juta barel sepanjang 2020. Pelaku pasar menilai informasi tersebut menahan reli kenaikan harga minyak.
Selain itu, OPEC juga memangkas proyeksi permintaan minyak dunia pada 2019. Hal itu disebabkan oleh perlambatan ekonomi dan ekspektasi laju pertumbuhan pasokan minyak yang lebih cepat dari negara non OPEC. Kondisi tersebut menjadi tantangan OPEC dalam mencegah membanjirnya pasokan.
Lebih lanjut, persediaan minyak mentah AS juga diperkirakan menanjak pekan lalu. Jika terbukti, maka stok minyak mentah AS telah menanjak selama empat pekan berturut-turut.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : IMCNews.ID
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]