Dolar AS Menguat Tipis Dipicu Ketidakpastian Brexit%
Kurs dolar Amerika Serikat (USD) sedikit menguat pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat WIB) karena euro dan poundsterling jatuh tertekan ketidakpastian tentang kesepakatan Brexit. Sejauh ini, Pemerintah Inggris berharap Brexit bisa berjalan sesuai rencana.
Mengutip Antara, Jumat, 1 Februari 2019, pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi USD1,1444 dibandingkan dengan USD1,1481 pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris merosot menjadi USD1,3111 dibandingkan dengan USD1,3112. Dolar Australia naik menjadi USD0,7264 dibandingkan dengan USD0,7254.
Mata uang AS berdiri di 108,87 yen, lebih rendah dibandingkan dengan 108,93 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9946 franc Swiss dibandingkan dengan 0,9941 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3131 dolar Kanada dibandingkan dengan 1,3148 dolar Kanada.
Dengan 57 hari sebelum Brexit berlangsung secara hukum, Perdana Menteri Inggris Teresa May belum mendapatkan kesepakatan Brexit dan para pejabat Uni Eropa khawatir bahwa tidak adanya kesepakatan Brexit akan menimbulkan risiko underappreciated terhadap pasar keuangan Eropa, surat kabar Inggris The Guardian mengatakan. Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt mengatakan dalam sebuah program TV bahwa Brexit dapat ditunda karena pemerintah mungkin perlu waktu tambahan untuk meloloskan undang-undang utama, menggambarkan kebuntuan Brexit sebagai situasi yang sangat menantang.
Di sisi lain, saham-saham Bursa Wall Street ditutup bervariasi atau beragam pada perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat WIB). Hal itu terjadi karena para investor mencerna beberapa laporan laba perusahaan serta keputusan suku bunga terbaru bank sentral Amerika Serikat (AS).
Sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average turun 15,19 poin atau 0,06 persen, menjadi berakhir di 24.999,67 poin. Indeks S&P 500 ditutup meningkat 23,05 poin atau 0,86 persen, menjadi 2.704,10 poin. Indeks Komposit Nasdaq naik 98,66 poin atau 1,37 persen, menjadi berakhir di 7.281,74 poin.
Sumber : medcom.id
Gambar : Okezone Ekonomi
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]