Harga Minyak Masuki Kondisi Bearish, Ancaman Oversupply Desak OPEC
Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) tersungkur memasuki kondisi pasar yang bearish. Hal ini menambahkan tekanan pada OPEC dan sekutu-sekutunya untuk kembali memangkas produksi.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Desember mengakhiri sesi perdagangan Kamis (8/11/2018) dengan pelemahan sekitar 1,6% atau US$1 di level US$60,67 per barel di New York Mercantile Exchange.
Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 37% di atas rata-rata 100 hari. Dengan demikian, harga minyak AS telah turun untuk hari kesembilan berturut-turut, rentetan pelemahan terpanjang sejak 2014.
Minyak WTI memperpanjang penurunan dari level tertingginya pada Oktober menjadi lebih dari 20%, memenuhi definisi yang biasa ditemui dalam pasar yang bearish. WTI berhasil menyentuh level US$76,41 pada 3 Oktober.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Januari merosot US$1,42 dan berakhir di level US$70,65 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London pada Kamis. Minyak acuan global ini diperdagangkan premium US$9,79 terhadap WTI untuk bulan yang sama.
Peningkatan persediaan minyak mentah yang lebih cepat dari perkiraan telah memupuskan harapan spekulan bahwa harga bisa mencapai level US$100.
Produksi minyak mentah AS telah berakselerasi ke rekor baru, produksi OPEC mencapai level tertinggi dalam beberapa tahun, sedangkan keringanan yang diberikan pemerintah AS kepada sejumlah negara akan memungkinkan sebagian minyak mentah Iran tetap mengalir ke pasar meskipun mendapatkan sanksi AS.
“Sentimen telah bergeser,” ujar Bart Melek, kepala strategi komoditas global di TD Securities di Toronto, seperti dikutip Bloomberg.
“OPEC telah menempatkan lebih banyak minyak mentah dari yang kami duga dan di atas semua itu, keringanan ini [dari pemerintah AS] menjadi penghalang terhadap dukungan harga.”
Penurunan harga minyak dari level tertingginya dalam empat tahun telah dipicu oleh kekhawatiran bahwa goyahnya ekonomi pasar negara berkembang dan perang perdagangan AS-China akan mengurangi permintaan bahan bakar seiring dengan tumbuhnya pasokan dari berbagai arah.
Selama beberapa bulan terakhir, OPEC telah meningkatkan produksi di tengah seruan dari Presiden AS Donald Trump untuk mengimbangi penurunan dalam pengiriman Iran. Pada Oktober, produksi minyak mentah OPEC mencapai level tertinggi sejak 2016 dan Rusia menaikkan output ke rekornya sebesar hampir 11,41 juta barel per hari.
Dengan menjulangnya kelebihan pasokan, upaya pemangkasan produksi mungkin akan kembali dilakukan. Para menteri dan sekutu OPEC diinformasikan akan bertemu di Abu Dhabi akhir pekan ini untuk membahas berbagai skenario termasuk opsi untuk memangkas produksi lagi tahun depan.
Sumber : bisnis.com
Gambar : sindonews.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]