Permintaan Dikhawatirkan Turun, Harga Minyak Lesu ke US$70,5 per Barel

Harga minyak turun untuk kedua kalinya pada Rabu (17/5), setelah kenaikan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS yang memicu kekhawatiran permintaan. Hal ini menyusul data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan dari Amerika Serikat dan China, dua konsumen minyak terbesar di dunia.

Kontrak berjangka minyak Brent turun 29 sen atau 0,4 persen menjadi US$74,6 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 32 sen atau juga 0,4 persen menjadi US$70,55 per barel pada pukul 00.05 GMT.

Stok minyak mentah AS naik sekitar 3,6 juta barel pada pekan yang berakhir pada 12 Mei, menurut sumber pasar yang mengutip data American Petroleum Institute.

Tujuh analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penurunan persediaan sebesar 900 ribu barel.

Hal itu menambah kekhawatiran tentang pertumbuhan AS setelah data menunjukkan penjualan eceran naik 0,4 persen pada April, di bawah perkiraan peningkatan sebesar 0,8 persen.

“Pandangan ekonomi global masih banyak menjadi tanda tanya dan hal itu tidak memberi kepercayaan kepada para pedagang energi untuk membeli minyak mentah. Saat ini terlalu banyak minyak yang masih tersedia,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, dalam sebuah catatan.

Pertemuan tentang kenaikan batas utang AS terus membebani pasar. Departemen Keuangan AS memperkirakan bahwa Amerika Serikat akan menghadapi kebangkrutan yang parah mulai 1 Juni jika parlemen tidak meningkatkan batas utang.

Di China, pertumbuhan output industri dan penjualan eceran April di bawah perkiraan, menunjukkan bahwa ekonomi kehilangan momentum di awal kuartal kedua.

Adapun pasar dengan cermat mengikuti langkah-langkah baru dalam memperluas sanksi terhadap Rusia oleh pemimpin Grup Tujuh (G7) saat mereka bertemu di Jepang pada 19-21 Mei.

 

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *