Akibat Perubahan Iklim, Svalbard Alami Pemanasan Paling Cepat: Jadi Ancam Masa Depan
Svalbard, kepulauan di Laut Arktik, mengalami pemanasan lebih cepat daripada kecepatan rata-rata global.
Arktik memanas empat kali lebih cepat daripada bagian dunia lainnya. Di Svalbard, suhu meningkat lebih cepat, hingga tujuh kali rata-rata global.
Melansir CNA, Rabu (10/5/2023), hal ini disebut dapat mengancam masa depan penting dari 2.500 orang yang tinggal di sana.
Perubahan iklim diperkirakan akan menimbulkan tantangan yang signifikan bagi masyarakat di kepulauan Norwegia.
Menurut para pengamat, lingkungan di sana beku dan tidak bersahabat, sulit untuk bertahan hidup.
Suhu naik dengan cepat di Svalbard, yang berada jauh di dalam lingkaran Arktik antara Norwegia dan Kutub Utara.
Mencair dan menyusut, kondisi es dan gletser yang ditemukan para ilmuwan ini disebut mengkhawatirkan.
Para ilmuwan berlomba untuk memahami apa arti perubahan ini bagi masa depan Bumi.
Bagi orang yang tinggal dan bekerja di sana, itu juga berarti meningkatnya risiko lingkungan.
Hilangnya es di laut mengakibatkan beruang kutub dibiarkan kelaparan, dan ada kemungkinan mereka mendekat ke pemukiman manusia untuk mencari makanan.
Seorang pemandu wisata, Mans Gullgren, telah melihat secara langsung dampak perubahan iklim terhadap gletser di Svalbard.
“Bagian dari gletser tempat saya bekerja sejak 2011, yang telah hilang lebih dari satu km dan itu hanya panjangnya,” ucap sang pemandu.
“Mungkin juga sekitar 35 meter ketinggiannya telah hilang,” tambahnya.
Penggunaan Sumber Energi Ramah Lingkungan adalah Solusi
Faktanya, kekayaan Svalbard dibangun di atas batu bara, sumber emisi karbon terbesar di dunia yang juga menjadi penyebab perubahan iklim, catat para ahli.
Lanskapnya masih dibumbui dengan infrastruktur yang digunakan untuk menambang bahan bakar fosil selama lima dekade terakhir.
Sementara itu, para pengamat telah menunjukkan bahwa bagi masyarakat terpencil yang tinggal di Svalbard, beralih ke alternatif energi yang lebih ramah lingkungan merupakan suatu tantangan.
Saat ini sektor pariwisata merupakan sektor utama di Svalbard untuk lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.
Beberapa perusahaan di sana sekarang menawarkan solusi yang lebih ramah lingkungan seperti wisata mobil salju bertenaga listrik.
Seorang pendeta, Siv Limstrand berkata bahwa kehidupan di Svalbard sangat sulit, manusia tidak seharusnya ada di sana.
“Kami berusaha menciptakan cara yang terasa alami untuk bisa hidup normal, tetapi pada saat yang sama ternyata tidak (alami),” katanya.
Saat ini, komunitas di Svalbard melakukan apa yang dapat dilakukan untuk terus bertahan dan berkembang.
Meski kemungkinan suatu hari tempat itu sudah tidak layak lagi untuk ditinggali tetap membuat mereka khawatir.
Sumber : liputan6.com
Gambar : Liputan6.com