Ulah Kartel OPEC Buat Cemas Dunia, Harga Emas Terbang Lagi

Harga emas kembali terbang karena pelaku pasar mulai khawatir dengan dampak lanjutan dari keputusan OPEC+ yang memangkas produksi.

Lonjakan harga emas juga ditopang oleh melemahnya dolar Amerika Serikat (AS).

Pada penutupan perdagangan Senin (3/4/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.984, 11 per troy ons. Harga sang logam mulia melesat 0,83%.

Penguatan tersebut berbanding terbalik dengan hari sebelumnya di mana harga emas ambles 0,63%

Harga emas masih menguat tipis pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Selasa (4/4/2023) pukul 06:34 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.984,81 per troy ons. Harganya menguat tipis 0,03%.

Pergerakan harga emas masih dipengaruhi oleh keputusan Arab Saudi, Rusia, dan anggoat OPEC+ yang memangkas produksi

Seperti diketahui, Arab Saudi dan produsen minyak yang tergabung dalam OPEC+ mengumumkan pengurangan produksi minyak pada Minggu (3/4/2023). Yang mengejutkan, pemangkasan akan menembus 1,16 juta barel per hari.

Kelompok berdalih itu merupakan langkah “pencegahan” untuk menstabilkan pasar. Pemangkasan ini di luar pemotongan produksi yang dilakukan Rusia 500.000 barel per hari.

Semula, keputusan OPEC+ ini disambut negatif pelaku pasar emas. Pasalnya, pemangkasan produksi minyak akan membuat inflasi AS melonjak sehingga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) sulit melunak.

Namun, hanya berselang sehari, kekhawatiran tersebut berpindah ke hal lain.

Pelaku pasar melihat pemangkasan produksi bisa membawa persoalan lebih jauh yakni lesunya ekonomi global dan lonjakan inflasi global.

Emas pun lebih dilihat sebagai aset hedging untuk inflasi sehingga permintaannya kembali naik. Pemangkasan produksi minyak juga membuat dolar AS terkapar sehingga menguntungkan emas.

Dolar AS yang melemah membuat emas lebih terjangkau untuk investasi sehingga permintaannya naik.

Indeks dolar ditutup di posisi 102,09 kemarin yang merupakan posisi terendahnya sejak 2 Februari 2022 atau sebulan terakhir.

“Pasar global sangat terkejut oleh banyaknya peristiwa atau kebijakan besar. Hal ini membuat investor nervous,” tutur analis OANDA Edward Moya, dikutip Reuters.

Moya menyebut peristiwa besar tersebut termasuk kolapsnya bank-bank di AS serta keputusan OPEC+.

Analis City Index Matt Simpson menjelaskan dolar AS jatuh karena keputusan OPEC+ dan ini sangat menguntungkan emas. Namun, dia mengingatkan jika harga emas masih rawan jatuh.

“Emas sangat rentan turun ke bawah US$ 1.900 karena masih ada kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga,” ujar Simpson.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *