Harga Minyak Bangkit Berkat Asa Pertumbuhan Ekonomi China
Harga minyak mentah dunia menanjak hampir 2 persen pada Selasa (28/2), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan terjadi di tengah harapan pemulihan ekonomi China yang mampu mengimbangi kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga acuan AS.
Dilansir Reuters, Rabu (1/3), harga minyak mentah berjangka Brent untuk April naik US$1,44 atau 1,8 persen ke US$83,89 per barel. Kontrak Mei yang lebih aktif naik US$1,41, atau 1,7 persen ke US$83,45.
Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS sebesar US$1,37 atau 1,8 persen menjadi US$77,05 per barel.
“Kami sampai pada titik di mana kami melihat beberapa pemulihan jangka pendek karena ini adalah akhir bulan,” ujar analis Price Group Phil Flynn.
Sepanjang Februari, harga Brent turun sekitar 0,7 persen dan WTI tergelincir sekitar 2,5 persen.
Ekspektasi pemulihan permintaan di China mendukung kenaikan, dengan pasar menunggu data penting selama dua hari ke depan. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan aktivitas pabrik di ekonomi terbesar kedua dunia itu tumbuh pada Februari.
“Pemulihan ekonomi China akan mendorong permintaan komoditasnya lebih tinggi, dengan minyak berada di posisi yang paling diuntungkan,” ujar analis JPMorgan dalam catatan klien.
Survei Reuters memperkirakan harga minyak naik di atas US$90 per barel menjelang paruh kedua 2023 karena permintaan China pulih dan produksi Rusia turun.
Demikian pula, analis minyak JPMorgan mempertahankan perkiraan harga rata-rata 2023 mereka pada Brent di US$90 per barel.
Kendati demikian, kenaikan harga minyak dibatasi oleh ancaman lebih banyak kenaikan suku bunga AS setelah pesanan baru yang lebih kuat dari perkiraan untuk barang modal inti AS pada Januari, dengan Gubernur Federal Reserve AS Philip Jefferson mengatakan inflasi untuk jasa tetap “sangat tinggi”.
Sementara itu, survei Reuters mencatat Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah memompa 28,97 juta barel per hari (bph) bulan ini atau naik 150 ribu bph dari Januari. Namun, output masih turun lebih dari 700 ribu bph dari September.
Sementara itu di AS, data Badan Administrasi Informasi Energi (EIA) mencatat produksi minyak mentah turun pada Desember menjadi 12,10 juta barel per hari, terendah sejak Agustus 2022.
Namun, stok minyak mentah AS meningkat dan diperkirakan membukukan kenaikan 10 minggu berturut-turut, dengan analis dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan kenaikan hampir setengah juta barel minggu lalu.
Lebih lanjut, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute, persediaan minyak mentah AS naik sekitar 6,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 24 Februari. Data resmi pemerintah AS tentang stok akan dirilis pada Rabu, waktu setempat.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Kompas.com