Gara-Gara Ini Nih, Dolar AS Perkasa Lagi
Dolar AS naik ke puncak dalam enam minggu terhadap sejumlah mata uang pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Ini terjadi setelah rilis data penjualan ritel AS memperkuat ekspektasi Federal Reserve atau The Fed akan mempertahankan kebijakan moneter ketat untuk beberapa waktu guna melawan inflasi yang sangat tinggi.
Data menunjukkan penjualan ritel AS melonjak 3,0 persen bulan lalu, meningkat paling tinggi dalam hampir dua tahun. Angka untuk Desember tidak direvisi, menunjukkan penjualan turun 1,1 persen. Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penjualan akan meningkat 1,8 persen, dengan perkiraan berkisar antara 0,5 persen hingga 3,0 persen.
Pemerintah AS melaporkan harga konsumen meningkat secara bulanan pada Januari, naik 0,5 persen, sebagian karena biaya sewa dan makanan yang lebih tinggi.
Kenaikan tersebut sesuai dengan ekspektasi para ekonom dalam jajak pendapat Reuters dan jauh di atas kenaikan 0,1 persen bulan ke bulan pada Desember. Harga tahun ke tahun naik 6,4 persen, turun dari 6,5 persen pada Desember tetapi di atas ekspektasi ekonom untuk kenaikan 6,2 persen.
“Apa yang telah terjadi semua ini mendorong suku bunga terminal itu, hanya 25 basis poin lebih tinggi dari pada Januari. Jadi, sekarang, suku bunga terminal telah didorong menjadi sekitar 5,25 persen,” kata Kepala Analis Valas di Silicon Valley Bank di San Francisco Ivan Asensio merujuk pada suku bunga acuan bank sentral AS dikutip dari Antara, Kamis, 16 Februari 2023.
“Bukan hanya kami telah memperbarui ekspektasi untuk saat ini 25 (basis poin lebih tinggi) pada Maret dan kemudian 25 seperti yang diharapkan pada Mei, tetapi juga kemungkinan suku bunga harus tetap lebih tinggi lebih lama. Jadi, di manakah dataran tinggi? Setiap hari itu berlalu, target 2,0 persen (inflasi) untuk The Fed tampaknya agak jauh,” tambahnya.
Dalam perdagangan sore, indeks dolar naik 0,6 persen menjadi 103,90, setelah mencapai puncak enam minggu di 104,11. Terhadap mata uang yen, dolar melonjak menjadi 134,355 yen, tertinggi sejak 6 Januari 2023. Terakhir mata uang dolar AS naik 0,8 persen pada 134,16 yen.
Pada Desember, proyeksi median pembuat kebijakan Fed memperkirakan suku bunga kebijakan bank sentral memuncak pada 5,1 persen tahun ini. Tetapi pasar berjangka suku bunga telah memperkirakan puncaknya di atas 5,2 persen yang dicapai pada Juli, dan pedagang menjadi kurang yakin pemotongan akan dilakukan pada 2023. Suku bunga saat ini berada di 4,5 persen hingga 4,75 persen.
Perkiraan The Fed
Ekonom Deutsche Bank memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga kebijakan setinggi 5,6 persen, setelah sebelumnya memperkirakan puncak suku bunga 5,1 persen.
Sterling turun 1,3 persen menjadi 1,2022 dolar setelah data menunjukkan inflasi Inggris mendingin lebih dari yang diharapkan pada Januari ke tingkat tahunan 10,1 persen. Hal ini sekaligus mengurangi beberapa tekanan pada bank sentral Inggris untuk terus menaikkan suku bunga.
Dolar Australia turun 1,3 persen menjadi 0,6897 dolar AS. Ketua bank sentral Australia Philip Lowe mengatakan kepada anggota parlemen suku bunga masih memiliki cara untuk naik.
Sementara itu, yuan Tiongkok yang diperdagangkan di pasar domestik mencapai level terendah lebih dari satu bulan di 6,8576 terhadap dolar AS, berhasil naik 0,3 persen di 6,8515.
Sumber : medcom.id
Gambar : Detik.com