Dolar AS Jeblok, Kenaikan Bunga Fed Bakal Melambat?
Dolar AS menukik secara keseluruhan pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), setelah data menunjukkan inflasi harga konsumen AS naik lebih rendah dari yang diperkirakan bulan lalu. Hal ini juga memperkuat ekspektasi Federal Reserve akan memperlambat laju kenaikan suku bunga setelah pertemuan dua hari pada Rabu.
Mengutip Antara, Rabu, 14 Desember 2022, greenback jatuh ke level terendah enam bulan terhadap euro setelah data inflasi AS. Euro mencapai 1,0673 dolar tertinggi sejak Juni, dan terakhir naik 0,9 persen pada 1,0631 dolar.
Terhadap yen, dolar turun ke level terendah satu minggu di 134,67, dan terakhir berpindah tangan di 135,55 yen, merosot 1,5 persen. Indeks dolar, yang mengukur nilai unit AS versus enam mata uang utama lainnya, turun 0,9 persen menjadi 104,02.
Data menunjukkan harga konsumen utama AS naik moderat pada November dalam basis tahunan karena harga bensin dan mobil bekas lebih murah, yang menyebabkan kenaikan inflasi tahunan terkecil dalam hampir setahun.
Dalam 12 bulan hingga November, IHK (Indeks Harga Konsumen) naik 7,1 persen, kenaikan terkecil sejak Desember 2021, menyusul kenaikan 7,7 persen pada Oktober.
Tidak termasuk komponen makanan dan energi yang mudah berubah, IHK naik 0,2 persen bulan lalu setelah naik 0,3 persen pada Oktober. Dalam 12 bulan hingga November, IHKI inti naik 6,0 persen setelah meningkat 6,3 persen pada Oktober.
Laporan tersebut mendukung ekspektasi luas untuk kenaikan suku bunga Fed yang lebih kecil sebesar 50 basis poin ketika bank sentral mengumumkan keputusannya pada Rabu.
Dana berjangka Fed juga memperkirakan suku bunga terminal yang lebih rendah, di mana Fed berhenti mendaki, sebesar 4,8 persen, diperkirakan akan tercapai pada Mei.Angka Itu turun dari sekitar 5,1 persen yang diperkirakan akhir bulan lalu.
Pedagang juga bertaruh pada kenaikan 25 basis poin pada masing-masing dari dua pertemuan pertama Fed 2023 dan tidak lebih, dengan kemungkinan kenaikan terakhir bisa terjadi pada Mei, bukan Maret.
“Ini akan mewakili perlambatan lebih lanjut dalam kenaikan suku bunga dan mendekatkan perbedaan suku bunga antara dolar dan mata uang lainnya karena negara lain juga menaikkan suku bunga,” kata Ivan Asensio, kepala penasehat risiko valas di Silicon Valley Bank di San Francisco.
“Ada sedikit manfaat bagi AS dan lebih sedikit tekanan bagi dolar untuk naik,” tambahnya.
Dolar juga membukukan penurunan tajam terhadap mata uang komoditas. Dolar Australia melonjak 1,6 persen terhadap greenback menjadi 0,6850 per USD. Dolar Selandia Baru terangkat 1,3 persen menjadi 0,6462 per USD. Terhadap dolar Kanada, mata uang AS turun 0,5 persen menjadi 1,3560 dolar Kanada.
“Kami secara luas akan menganut pandangan pasar memperkirakan pergeseran yang relatif cepat dari The Fed dari menaikkan suku bunga sampai sekarang, untuk menurunkan suku bunga selama periode waktu yang relatif singkat,” kata kepala investasi di Moneyfarm di London, Richard Flax.
“Perspektif kami pasar memperkirakan kemungkinan Fed tetap pada suku bunga puncaknya untuk sedikit lebih lama.”
Sumber : medcom.id
Gambar : Detik.com