Parah! Penyakit dan Malaria Menyebar di Wilayah Bencana Banjir Pakistan
Pihak berwenang menyampaikan pada Rabu, 21 September 2022, bahwa korban yang tewas akibat malaria dan penyakit lain yang melanda wilayah yang dilanda banjir di Pakistan tersebut mencapai angka 324 orang.
Tidak hanya itu, aktris Angelina Jolie yang ikut mendatangi tempat kejadian juga mengatakan bahwa dirinya takut banyak orang yang ditemuinya selama kunjungan ke daerah yang dilanda banjir pada minggu ini, tidak akan selamat jika lebih banyak bantuan tidak segera datang.
Sementara itu, ratusan ribu orang yang mengungsi akibat banjir saat ini tinggal di tempat terbuka. Banjir yang menggenang saat ini tersebar di ratusan kilometer dan membutuhkan waktu dua hingga enam bulan untuk surut.
Bencana banjir ini tentunya juga telah menyebabkan meluasnya banyak penyakit, seperti kasus infeksi kulit dan mata, diare, malaria, tipus dan demam berdarah.
Di sisi lain, aktris Hollywood dan kemanusiaan, Jolie memang diketahui telah mengunjungi orang-orang yang terlantar akibat banjir dengan organisasi bantuan internasional yaitu International Rescue Committee (IRC) untuk meningkatkan kesadaran dalam skala internasional. Dirinya sendiri juga terjun secara langsung ke beberapa daerah yang terkena dampak terburuk di bagian selatan Provinsi Sindh.
“Saya telah melihat nyawa orang-orang yang diselamatkan. Namun tanpa bantuan yang memadai, nyawa yang berhasil diselamatkan itu tidak akan berada di sini dalam beberapa minggu ke depan. Mereka tidak akan selamat,” ujarnya dalam rekaman yang dibagikan oleh militer negara itu, ketika mengunjungi pusat tanggap banjir pada Rabu, 21 September 2022, seperti yang dikutip dalam laman Channel News Asia, pada Kamis, 22 September 2022.
Sementara itu, pihak berwenang dan pekerja pertolongan mengatakan bahwa bantuan lebih cepat diperlukan untuk keluarga pengungsi yang terpapar dengan kawanan nyamuk dan bahaya lainnya, seperti gigitan ular dan anjing.
Meskipun sudah ada upaya pemerintah dan organisasi bantuan lokal dan asing, masih banyak orang yang sangat membutuhkan makanan, tempat tinggal, bantuan medis serta obat-obatan.
Hal ini diperparah dengan sistem kesehatan Pakistan yang sudah rendah dan kurangnya dukungan, keluarga pengungsi sampai mengeluh karena dipaksa untuk minum dan memasak dengan air yang tidak aman.
“Kami tahu itu bisa membuat kami sakit, tapi apa lagi yang bisa dilakukan, kami harus meminumnya agar tetap hidup,” ujar salah satu korban banjir, Ghulam Rasool kepada Geo News TV lokal saat dia berdiri di dekat rumahnya yang tersapu banjir di Pakistan bagian selatan.
Musim hujan yang parah dan intens ini memang menyebabkan hujan menjadi tiga kali lebih banyak daripada rata-rata tiga dekade terakhir di Pakistan. Hal ini dikarenakan banjir kali ini juga dikombinasikan dengan pencairan glasial, yang menyebabkan banjir intens yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Para ilmuwan sendiri mengatakan bahwa banjir kali ini diperparah dengan perubahan iklim dan telah mempengaruhi sekitar hampir 33 juta orang di negara Asia Selatan berpenduduk 220 juta itu. Banjir tersebut telah menyapu rumah, tanaman, jembatan, jalan dan ternak dengan kerusakan yang diperkirakan mencapai USD30 miliar.
“Saya belum pernah melihat yang seperti ini, saya tidak bisa berkata-kata,” ujar Jolie, yang telah melakukan beberapa perjalanan ke Pakistan bahkan setelah banjir mematikan di bagian selatan negara itu pada 2010.
“Bantuan lama datangnya,” ujar Dr Farah Naureen, Direktur Mercy Corps untuk Pakistan, setelah mengunjungi beberapa daerah yang terendam banjir.
“Kita perlu bekerja secara selaras untuk menanggapi kebutuhan mendesak mereka. Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan paling penting dari populasi pengungsi,” tambahnya dalam sebuah pernyataan pada Senin malam.
Sementara itu, Kementerian Keuangan Pakistan mengatakan bahwa mereka telah menyetujui 10 miliar rupee atau sebesar USD42 juta untuk digunakan oleh badan penanggulangan bencana untuk pengadaan suplai bantuan banjir dan logistik lainnya.
Tidak sampai di situ, Prancis bahkan berencana untuk menjadi tuan rumah konferensi internasional pada tahun ini untuk membahas mengenai rekonstruksi tahan iklim di daerah-daerah yang terkena dampak banjir di Pakistan.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Pakistan, pengumuman tersebut muncul setelah Perdana Menteri Pakistan Muhammad Shehbaz Sharif dan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengadakan pertemuan bilateral di sela-sela sidang ke-77 Majelis Umum PBB (UN General Assembly atau UNGA) di kota New York.
Penyebaran cepat
Pemerintah provinsi Sindh mengatakan fasilitas kesehatan darurat dan perkemahan berjalan di daerah banjir telah merawat lebih dari 78 ribu pasien dalam 24 jam terakhir. Bahkan jika dihitung sejak bulan 1 juli, sudah lebih dari 2 juta orang dirawat dengan enam orang di antaranya meninggal dunia.
Di antara perawatan ini, 665 kasus malaria baru terkonfirmasi di antara keluarga pengungsi yang secara internal datang dalam periode yang sama, dengan 9.201 kasus lainnya yang dicurigai. Tidak hanya itu, lebih dari seperempat pasien, yakin 4.876 terkonfirmasi positif dari total 19 ribu pasien yang diperiksa dalam 24 jam terakhir di seluruh provinsi tersebut.
PBB Pakistan sendiri mengatakan kasus malaria, tifus dan diare ini menyebar secara cepat, dengan bertambahnya 44 ribu kasus malaria yang dilaporkan minggu ini di provinsi sebelah selatan.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan untuk provinsi Balochistan bagian barat daya, Noor Ahmed Qazi, mengatakan bahwa malaria menyebar dengan cepat di daerah sekitar perairan yang tergenang.
“Kami menerima pasien malaria dalam jumlah besar setiap hari di kamp-kamp medis dan rumah sakit. Kami membutuhkan lebih banyak obat-obatan dan alat tes di daerah yang dilanda banjir,” kata Qazi.
Sejauh ini, badan penanggulangan bencana negara melaporkan bahwa ada 1.569 kematian akibat banjir bandang, dengan 555 orang di antaranya anak-anak serta 320 lainnya wanita.
Sumber : medcom.id
Gambar : medcom.id