Kesepakatan Ekspor Gandum Ukraina-Rusia Diyakini Redakan Lonjakan Harga Pangan Global
Program Pangan Dunia (WFP) optimistis tentang kesepakatan yang ditengahi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) guna membuka kembali pelabuhan Ukraina untuk ekspor biji-bijian. Akan tetapi, mereka memperingatkan perjanjian itu sendiri tidak akan menyelesaikan krisis pangan global bahkan jika itu diterapkan secara efektif.
Rusia, Ukraina, PBB, dan Turki menandatangani kesepakatan pada Jumat, 22 Juli. Kesepakatan itu bertujuan untuk memungkinkan perjalanan yang aman bagi kapal yang masuk dan keluar dari tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina yang telah diblokir oleh Rusia sejak invasi Moskow pada 24 Februari.
Ukraina dan Rusia adalah eksportir biji-bijian utama dan blokade pelabuhan telah menjebak puluhan juta ton biji-bijian di negara itu. Bersamaan dengan sanksi Barat terhadap Rusia, kondisi tersebut telah membuat harga energi dan pangan melonjak, memicu protes di negara-negara berkembang yang bergantung pada biji-bijian Laut Hitam.
WFP sendiri harus memotong bantuan tahun ini di titik-titik rawan kelaparan utama seperti Yaman dan Sudan Selatan. Hal itu karena inflasi global dan kesenjangan pendanaan kritis, keduanya diperburuk oleh konflik Ukraina.
“Kami optimistis kesepakatan itu dapat mengarah pada perbaikan harga pangan global. Negara-negara yang bergantung pada pasokan biji-bijian dari Laut Hitam kemungkinan menjadi yang pertama merasakan dampak positif,” kata Juru Bicara WFP, dilansir dari The Business Times, Senin, 1 Agustus 2022.
Dia menambahkan krisis pangan global saat ini bukan krisis harga saja, dengan konflik buatan manusia, guncangan iklim, dan pandemi covid-19 akan terus membuat harga pangan tetap tinggi. Bahkan, jika kesepakatan Jumat berlaku, mengartikan sama sekali tidak berarti suatu kepastian.
Rudal Rusia menghantam pelabuhan selatan Ukraina Odesa pada Sabtu kemarin, memicu kekhawatiran kesepakatan itu dapat digagalkan satu hari setelah ditandatangani, meskipun Kremlin telah menepisnya, dengan mengatakan serangan itu hanya menargetkan infrastruktur militer.
Sebelum konflik, WFP biasa membeli lebih dari setengah gandumnya dari Ukraina. Badan tersebut, yang dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 2020, mengatakan sekitar 47 juta orang menghadapi kelaparan akut tahun ini karena krisis pangan global.
Sumber : medcom.id
Gambar : Medcom.id