Harga Minyak Lagi Galau, Ada Masalah Apa

Harga minyak dunia terkoreksi pada perdagangan pagi ini. Harga si emas memang agak tak tentu arah akhir-akhir ini.

Pada Senin (4/7/2022) pukul 07:31 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 111,14/barel. Turun 0,44% dari posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Sementara yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 107,98/barel. Berkurang 0,42%.

Dalam sepekan, harga brent masih membukukan kenaikan 0,23%. Namun light sweet masih turun 1,34%.

Pelaku pasar tengah dibuat bingung. Di satu sisi, ada risiko penurunan permintaan seiring perlambatan ekonomi.

Perang Rusia vs Ukraina membuat harga bahan baku dan energi membumbung tinggi. Pengeluaran dunia usaha pun membengkak.

Akibatnya, aktivitas manufaktur mulai terhambat. JPMorgan mencatat aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) global sebesar 52,2 pada Juni 2022. Turun tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang 52,3 tetapi menjadi yang terendah dalam 22 bulan terakhir.

“Gambaran permintaan tetap lemah pada akhir kuartal II. Pertumbuhan pemesanan baru (new orders) melemah, terendah sepanjang periode ekspansi. Pengiriman internasional kembali turun, karena volume ekspor yang terkontraksi dalam empat bulan beruntun,” sebut keterangan tertulis JPMorgan.

Oleh karena itu, aura resesi ekonomi menjadi sangat kuat. Kalau resesi sampai benar-benar terjadi (amit-amit), maka permintaan energi pasti akan turun. Jadi jangan heran kalau harga minyak terpangkas.

Namun di sisi lain, pasokan minyak dunia masih seret. Sanksi ekonomi terhadap Rusia membuat minyak dari Negeri Beruang Merah sulit masuk ke pasar dunia.

Belum lagi ada rencana aksi unjuk rasa pekerja di Norwegia. Aksi ini diperkirakan membuat produksi sebanyak 320.000 barel/hari akan mandek.

Begitu pula di Libya. Unjuk rasa anti-pemerintah yang kian meluas di negara tersebut membuat perusahaan minyak Libya (NOC) memutuskan kondisi kahar (force majeur) di Pelabuhan Es Sider dan Ras Lanuf.

Namun di sisi lain, pasokan minyak dunia masih seret. Sanksi ekonomi terhadap Rusia membuat minyak dari Negeri Beruang Merah sulit masuk ke pasar dunia.

Belum lagi ada rencana aksi unjuk rasa pekerja di Norwegia. Aksi ini diperkirakan membuat produksi sebanyak 320.000 barel/hari akan mandek.

Begitu pula di Libya. Unjuk rasa anti-pemerintah yang kian meluas di negara tersebut membuat perusahaan minyak Libya (NOC) memutuskan kondisi kahar (force majeur) di Pelabuhan Es Sider dan Ras Lanuf.

Ekspor minyak Libya saat rata-rata berkisar antara 365.000-409.000 barel/hari. Padahal dalam kondisi normal, ekspor bisa mencapai 865.000 barel/hari.

Pasokan yang seret ini berpotensi membuat harga minyak naik. Namun risiko resesi ekonomi akan membatasi kenaikan tersebut. Hasilnya, harga minyak mungkin akan terombang-ambing di samudera ketidakpastian.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Liputan6.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *