OPEC+ Dorong Peningkatan Produksi Jelang Kunjungan Biden ke Saudi
Arab Saudi dan negara-negara OPEC+ lainnya sepakat mendorong peningkatan produksi minyak untuk mengimbangi kehilangan produksi Rusia sekaligus meredakan lonjakan harga minyak dan inflasi. Selain itu, memperlancar jalan bagi kunjungan pemecah kebekuan ke Riyadh oleh Presiden AS Joe Biden.
Mengutip Antara, Jumat, 3 Juni 2022, OPEC+ mengatakan telah setuju untuk meningkatkan produksi sebesar 648 ribu barel per hari (bph) pada Juli atau 0,7 persen dari permintaan global dan jumlah yang sama pada Agustus versus rencana awal untuk menambah 432 ribu barel per hari selama tiga bulan hingga September.
Langkah itu akan dilihat sebagai tanda kesediaan Arab Saudi dan negara-negara Teluk OPEC lainnya untuk memompa lebih banyak minyak setelah berbulan-bulan tekanan dari Barat untuk mengatasi kekurangan energi global yang diperburuk oleh sanksi Barat terhadap Rusia.
Harga minyak naik di tengah berita tersebut menuju 117 per barel karena para analis mengatakan peningkatan produksi riil tidak akan signifikan karena sebagian besar anggota OPEC kecuali Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sudah memompa pada kapasitasnya. Awal tahun ini, harga minyak mendekati puncak sepanjang masa USD147 yang dicapai pada 2008.
OPEC+, aliansi Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara-negara produsen lainnya, termasuk Rusia, produksinya turun sekitar satu juta barel per hari menyusul sanksi Barat terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina.
Kunjungan pertama Biden ke Riyadh
Para diplomat AS telah bekerja selama berminggu-minggu untuk mengatur kunjungan pertama Biden ke Riyadh setelah dua tahun hubungan tegang karena ketidaksepakatan mengenai hak asasi manusia, perang di Yaman dan pasokan senjata AS ke kerajaan itu.
Intelijen AS menuduh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, yang dikenal sebagai MBS, menyetujui pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi pada 2018, sebuah tuduhan yang dibantah sang pangeran.
Arab Saudi dan tetangganya Uni Emirat Arab telah frustrasi pada penentangan Pemerintahan Biden terhadap operasi militer mereka di Yaman dan kegagalan untuk mengatasi kekhawatiran Teluk tentang program rudal Iran dan proksi regionalnya.
Dengan perang Ukraina menambah pasar minyak mentah yang ketat, Pemerintah AS telah mencari lebih banyak pasokan dari sekutu Teluk seperti Arab Saudi, serta dari Iran yang produksinya telah dibatasi oleh sanksi AS yang dapat dicabut jika kesepakatan nuklir tercapai, dan Venezuela, juga di bawah sanksi AS.
Sumber : medcom.id
Gambar : Liputan6.com