Dolar AS Melemah Tipis Karena Sentimen Komentar Hawkish Powell Memudar
Dolar Amerika Serikat melemah tipis terhadap sejumlah mata uang utama lain pada akhir perdagangan Selasa (22/3/2022), karena dukungan dari komentar Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell memudar dan kenaikan pasar saham membantu meningkatkan sentimen risiko.
Indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 0,06 persen ke 98.4980 pada perdagangan Selasa.
Sebelumnya, dolar AS mencatat penguatan harian terbesar sejak 10 Maret pada Senin (21/3), karena Powell membuka pintu untuk menaikkan suku bunga lebih dari 25 basis poin pada pertemuan kebijakan mendatang untuk memerangi inflasi.
Pada Selasa (22/3), Presiden Fed St. Louis, James Bullard mengulangi seruannya agar The Fed bergerak agresif di Bloomberg TV. Presiden Fed San Francisco, Mary Daly mengatakan dia yakin risiko utama bagi perekonomian adalah memburuknya inflasi yang sudah tinggi karena harga minyak naik akibat konflik di Ukraina dan gangguan dalam rantai pasokan dari penanggulangan Covid-19 China.
Para pedagang memperkirakan peluang 61,6 persen untuk kenaikan suku bunga acuan 50 basis poin pada pertemuan Fed Mei, menurut FedWatch CME, naik dari 50 persen pekan lalu.
Setelah komentar Powell, Goldman Sachs sekarang mengantisipasi bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan Mei dan Juni.
Investor berada dalam suasana risk-on karena saham-saham AS naik dan mengurangi daya tarik mata uang safe-haven greenback, dengan ekuitas mendapatkan dorongan, sebagian, dari saham-saham bank di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga Fed.
“Dolar didukung dengan baik oleh sikap suku bunga The Fed yang semakin hawkish tetapi turun dari puncaknya, selera risiko ada hubungannya dengan itu, dengan saham yang lebih tinggi yang menahan kenaikan dolar,” kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington, dikutip Antara, Rabu (23/3).
“Setidaknya untuk saat ini, tampaknya pasar memberi The Fed keuntungan dari keraguan bahwa bank sentral dapat mendorong soft landing (periode ketika pertumbuhan ekonomi melambat, tetapi ekonomi tidak memasuki resesi) dan itulah yang menopang selera risiko dan membatasi kenaikan dolar.”
Sumber : bisnis.com
Gambar : Kompas.com