AS Tambah 1.000 Tentara Kawal Diplomat Keluar Afghanistan
Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin menyetujui tambahan 1.000 lebih tentara ke Afghanistan untuk membantu evakuasi diplomat mereka. Situasi Afghanistan makin memburuk saat ini setelah Taliban berhasil menguasai Kabul bahkan menduduki Istana Kepresidenan.
Dengan penambahan itu, jumlah total tentara yang akan segera tiba di Afghanistan mencapai 6.000 personel.
Salah satu pejabat di Kemenhan AS mengatakan, pasukan tambahan berasal dari kelompok Lintas Udara ke-82 yang menuju ke Kuwait. Mereka dikirim karena situasi keamanan yang memburuk.
Misi utama mereka yakni keamanan Bandara Internasional Kabul, yang merupakan titik masuk bagi pasukan dan menjadi titik keluar bagi staf kedutaan AS serta warga Afghanistan yang meninggalkan negara itu.
“Kami tidak berasumsi bahwa setiap inci bandara aman,” kata pejabat itu, seperti dikutip dari CNN, Senin (16/8).
Menurut penuturan pejabat itu, ada insiden keamanan di dekat atau memang di bandara. Namun, pasukan AS belum menjadi sasaran, mereka juga tidak menembaki siapa pun.
Militer AS mengawasi kontrol lalu lintas udara di lapangan, yang masih dijalankan oleh pengendali lalu lintas udara Afghanistan.
Sementara pasukan Turki tetap berada di lapangan dan mengambil peran dalam upaya mengamankan lapangan. Pejabat itu tidak dapat mengatakan apakah pasukan Turki terlibat dalam baku tembak.
Meskipun sempat ada penundaan dan penghentian sementara penerbangan sipil dan militer tetap berlanjut, kata pejabat pertahanan itu.
Hingga kini, ada sekitar 3.000 tentara AS di Afghanistan. Sementara 3.000 personel lainnya dilaporkan sedang dalam perjalanan.
Militer AS akan memiliki kemampuan maksimum untuk memindahkan sekitar 5.000 orang per hari dari bandara internasional Kabul, tetapi kini mereka belum dapat memindahkan jumlah itu, kata pejabat itu. Mereka akan mencapai kapasitas itu “dalam beberapa hari.”
Pejabat itu mengatakan AS telah menjelaskan rencananya kepada Taliban di Doha dan bahwa setiap upaya untuk menembaki pasukan AS akan mendapat reaksi keras.
Situasi di Afghanistan makin tak tentu. Gerilyawan Taliban dilaporkan menduduki Istana kepresidenan dan menduduki Ibu Kota Kabul, kemarin, Minggu (15/8).
Sementara Presiden Afghanistan dilaporkan kabur ke Tajikistan demi menghindari pertumpahan darah.
Kelompok milisi itu juga menuntut pengalihan kekuasaan penuh dari pemerintah Afghanistan usai berhasil menduduki Kabul.
Taliban juga mengerahkan seluruh anggotanya untuk memasuki Kabul dan mencegah penjarahan karena Kepolisian Afghanistan memilih tinggalkan markas dan pos penjaganya.
Selain AS, sejumlah negara juga berlomba-lomba mengevakuasi warganya dari Afghanistan.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia