Awas Minyak Rontok! Bisa Makin Jauh di Bawah US$ 70/Barel
Harga minyak dunia bergerak turun pada perdagangan pagi ini. Kekhawatiran terhadap pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) ikut membebani harga si emas hitam.
Pada Rabu (21/7/2021) pukul 08:08 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 69,19/barel. Turun 0,23% dibandingkan hari sebelumnya.
Sementara yang jenis light sweet harganya US$ 66,98/barel. Berkurang 0,44%.
Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, memperkirakan harga minyak masih bisa turun lagi. Level support untuk brent berada di US$ 68,11-66,6/barel.
“Saat titik support US$ 69,02/barel tertembus, maka harga akan meluncur turun. Target terdekatnya ada di US 67,59/barel,” sebut Wang dalam risetnya.
Secara fundamental, koreksi harga emas disebabkan oleh setidaknya dua faktor. Pertama adalah tercapainya kesepakatan di OPEC+.
Uni Emirat Arab yang awalnya mbalelo kini bersedia menyepakati ketentuan soal produksi. Selama Agustus-Desember 2021, produksi OPEC+ akan dinaikkan 2 juta barel/hari atau 0,4 juta bare/hari setiap bulannya. Selepas itu, produksi dipangkas 9,7 juta barel/hari hingga akhir 2022.
Abu Dhabi mau ‘berdamai’ karena mendapat jatah produksi yang lebih banyak. Uni Emirat Arab mendapatkan kenaikan basis produksi (baseline) dari 3,17 juta barel/hari menjadi 3,65 juta barel/hari. Jadi walau dikurangi, Uni Emirat Arab tetap bisa menaikkan produksinya dari level yang sekarang.
Tidak hanya Uni Emirat Arab, negara-negara lain pun mendapatkan baseline produksi yang lebih tinggi. Arab Saudi dan Rusia, misalnya, mendapat kenaikan baseline produksi masing-masing 500.000 barel/hari. Sedangkan Irak dan Kuwait naik 150.000 barel/hari.
Artinya, kesepakatan OPEC+ akan membuat pasokan minyak di pasar dunia melimpah. Saat pasokan meningkat, maka wajar harga bakal turun.
Faktor kedua yang mempengaruhi harga minyak adalah pandemi virus corona yang kembali mengganas. Per 20 Juli 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pasien positif corona di seluruh negara berjumlah 190.671.330 orang. Bertambah 390.026 orang dari hari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 478.864 orang setiap harinya. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 386.811 orang per hari.
Merespons peningkatan kasus positif tersebut, berbagai negara di dunia mulai mengetatkan aktivitas dan mobilitas warga. Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memperpanjang kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat setidaknya seminggu lagi.
Singapura juga kembali mengetatkan aktivitas masyarakat selama sebulan ke depan. Restoran kembali tidak diizinkan melayani pengunjung yang makan-minum di tempat. Pertemuan di luar ruangan hanya boleh dihadiri maksimal dua orang.
Perkembangan semacam ini membuat prospek permintaan energi jadi penuh tanda tanya. Kalau warga #dirumahaja, tentu kebutuhan energi seperti bahan bakar minyak bakal berkurang drastis. So, wajar hanya minyak turun.
“Sulit untuk melihat harga kembali tinggi kecuali virus corona sudah terkendali. Pasar tidak berani bertaruh permintaan akan naik,” tegas Stephen Brennock, broker minyak di PVM, seperti dikutip dari Reuters.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Tempo.co