PSG vs Man City di Pusaran Harta, Takhta, Juara Eropa
Ketika harta sudah bukan lagi masalah dan takhta domestik seperti bukan hal yang sulit direngkuh, Paris Saint-Germain dan Manchester City masih dipusingkan perihal trofi Liga Champions yang merupakan lambang kesuksesan di pentas Eropa.
Dengan sokongan modal besar, tidak ada tujuan lain selain kesuksesan. Sialnya prestasi tak ubahnya candu yang membuat ketagihan.
PSG dan Man City sudah langganan juara sejak ditopang uang pengusaha Arab. Hanya satu masalah di level kontinental yang masih mengusik mimpi.
Demi tak lagi diusik impian yang mengganggu, pertandingan semifinal dengan sistem dua leg akan digelar dini hari nanti dan pekan depan.
PSG musim lalu hampir merasakan gelar juara. Melangkah cukup meyakinkan hingga partai final, Les Parisiens kalah tipis dari Bayern Munchen.
Perpaduan mental dan dompet tebal, yang muncul dalam bentuk kedalaman skuad, kembali membawa PSG ke partai perebutan tiket final.
Jika musim lalu masih berada di bawah arahan Thomas Tuchel, maka kini Mauricio Pochettino yang ditunjuk menjadi pelatih. Perubahan pelatih tak lantas membuat pola permainan PSG berbeda. Dengan pemain-pemain yang ada, pendekatan menyerang masih menjadi pilihan utama.
Kemampuan PSG mencetak gol pun tak diragukan. Dalam sembilan laga terakhir, PSG bisa mencetak setidaknya tiga gol dalam tujuh pertandingan. Khusus di Liga Champions saja, PSG mencetak 21 gol hanya kalah dari Munchen yang mereka taklukkan di perempat final sekaligus pembalasan dari final tahun lalu.
Beruntung cedera Kylian Mbappe dalam laga akhir pekan melawan Metz tidak parah dan kemungkinan pemain tersubur PSG di Liga Champions itu bisa jadi starter dalam menghadapi Man City.
Ancaman tak hanya berasal dari Mbappe. Neymar, Marco Verratti, dan Angel Di Maria, kemungkinan besar bakal beroperasi di daerah permainan Man City.
Menghadapi calon juara Liga Inggris, PSG tak hanya butuh kematangan strategi membobol gawang lawan. Kemampuan bertahan adalah salah satu kunci agar bisa mengamankan tiket final.
Sebanyak 11 gol yang sudah bersarang menjadi noda dalam persiapan PSG meladeni Man City. Keseimbangan tim patut diperhatikan Pochettino. Menempatkan pemain-pemain yang cakap dalam bertahan, seperti Leandro Paredes atau Idrissa Gueye sebagai gelandang pivot bisa menjadi tameng PSG sebelum para pemain City masuk lebih dalam ke pertahanan.
Keylor Navas dituntut berada dalam performa terbaik seperti saat melawan Bayern Munchen untuk menambal kebocoran di lini pertahanan yang dikawal duet Marquinhos dan Presnel Kimpembe sebagai bek tengah.
Sementara Alessandro Florenzi dan Abdou Diallo harus pintar mengetahui saat tepat membantu penyerangan, karena sayap-sayap Man City bisa saja menjadi awal petaka bagi PSG
Man City, sama seperti PSG, merupakan klub dengan daya dobrak terbaik kedua di Liga Champions setelah Bayern Munchen. Sebanyak 22 gol sudah diciptakan Kevin de Bruyne dan kawan-kawan.
Tidak ada satu pemain yang menonjol dalam urusan mencetak gol. Sepuluh pemain tercatat sudah menjaringkan gol ke gawang lawan. Sementara PSG dengan jumlah gol yang sama hanya dibukukan lima pemain.
Dalam bertahan Man City juga menampilkan keunggulan. Sejak fase grup hingga perempat final, gawang The Citizens baru bobol tiga kali.
Dengan jumlah penyelamatan kiper sebanyak 15 kali dan 66 tekel yang dilakukan, Man City membuktikan mampu mengadang laju lawan sebelum masuk ke area berbahaya. Sebaliknya PSG cukup pontang-panting di lini pertahanan dengan 105 tekel dan 48 penyelamatan kiper.
Pep Guardiola telah mengubah Man City sebagai tim yang solid. Piawai menyerang, kuat bertahan, dan lancar menguasai bola. Possesion ala Guardiola bisa merusak impian PSG.
Merujuk catatan statistik di Liga Champions musim ini Man City memegang penguasaan bola sebanyak 60 persen, sementara PSG tak sampai 49 persen.
Guardiola belum pernah melawan PSG, namun tak asing dengan racikan Pochettino. Dari 18 pertemuan, Guardiola menang 10 kali dan hanya kalah tiga kali serta sisanya imbang.
Setelah empat musim sebelumnya selalu gagal mencapai semifinal, di mana tiga musim terakhir selalu mentok di perempat final, Guardiola dan anak asuhnya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan menuju final.
Setelah meraih gelar pertama musim ini pada akhir pekan lalu di ajang Piala Liga, Man City akan datang ke Paris dengan kekuatan penuh sehingga memudahkan Guardiola memilih pemain.
Ederson yang diistirahatkan di Piala Liga bisa kembali mengawal gawang Man City. Kyle Walker dan Joao Cancelo akan mengapit Rubern Dias yang bisa bertandem dengan John Stones atau Aymeric Laporte di jantung pertahanan.
Rodri, Fernandinho, Ilkay Gundogan, De Bruyne, dan Phil Foden menjadi pilihan yang melimpah bagi Guardiola untuk mengisi formasi tiga gelandang.
Guardiola pun harus memilih antara Bernardo Silva, Raheem Sterling, Ferran Torres, Riyad Mahrez, dan Gabriel Jesus sebagai trisula di lini depan.
Skuad mewah bertabur bintang di kedua kubu tak menjamin pemenang. Yang menang akan mencoba kans di final, sementara yang kalah akan membangun tim lagi di musim depan hingga bisa meraih impian juara Eropa setelah lebih dulu memupuk harta dan mengoleksi takhta di liga lokal.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia