Lonjakan Impor China Angkat Harga Minyak
Harga minyak mentah global menguat pada akhir perdagangan Selasa (13/4), ditopang oleh lonjakan impor oleh China. Namun, kenaikan tersebut tertahan oleh penangguhan penggunaan vaksin covid-19 produksi Johnson & Johnson oleh pemerintah AS.
Melansir Antara, Rabu (14/4), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni bertambah 39 sen atau 0,6 persen menjadi US$63,67 per barel. Sedangkan, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei terangkat 48 sen atau 0,8 persen menjadi US$60,18 per barel.
Ekspor China tumbuh pesat pada Maret sehingga mendorong pemulihan ekonomi negara tersebut. Ini ditopang oleh peningkatan permintaan global di tengah kemajuan vaksinasi covid-19.
Imbasnya, impor China pun meningkat ke level tertinggi dalam empat tahun sejalan dengan percepatan pemulihan ekonomi. Sejalan dengan itu, impor minyak mentah ke China melonjak 21 persen pada Maret.
Itu bangkit dari titik terendah tahun sebelumnya lantaran kilang-kilang mereka mulai meningkatkan operasinya.
Oleh sebab itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak tahun ini sebesar 70 ribu barel per hari (bph) atau 6,6 persen menjadi 5,95 juta bph.
Namun, penguatan minyak tersebut tertahan oleh sejumlah isu pelaksanaan program vaksinasi covid-19 di sejumlah negara. Program vaksinasi covid-19 di Eropa dinilai cenderung lambat.
Padahal, di sisi lain jumlah kasus infeksi virus corona baru terus bertambah.
Sementara itu, Lembaga kesehatan federal AS menangguhkan penggunaan vaksin covid-19 produksi Johnson & Johnson setelah menemukan efek samping penggumpalan darah akibat vaksin itu. AS mengambil keputusan ini setelah menerima laporan pembekuan darah terhadap enam perempuan berusia 18-48 tahun setelah menerima suntikan vaksin Johnson & Johnson.
Menanggapi itu, Johnson & Johnson mengatakan akan menunda peluncuran vaksin covid-19 di Eropa. Perusahaan sedang meninjau kasus pembekuan darah yang sangat langka tersebut.
Di sisi lain, gerakan Houthi yang merupakan pendukung Iran berbasis di Yaman mengatakan bahwa mereka telah menembakkan 17 drone dan dua rudal balistik di Arab Saudi, termasuk fasilitas kilang Saudi Aramco di Jubail dan Jeddah. Sementara itu, Teheran mengatakan ledakan di situs nuklir utamanya pada pekan lalu adalah tindakan sabotase oleh musuh bebuyutan Israel dan bersumpah akan membalas dendam.
“Kenaikan ketegangan geopolitik hanya akan memiliki dampak bullish yang signifikan pada harga minyak jika dibarengi dengan gangguan pasokan fisik yang sebenarnya,” kata analis PVM dalam sebuah catatan.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Liputan6.com