Ada Stimulus Biden Rp 27.000 T, Emas Mulai Diborong Lagi Gaes
Harga emas masih mantap pada level psikologis US$ 1.700/troy ons. Logam kuning tersebut mengalami penguatan pada perdagangan pagi hari ini, Jumat (12/3/2021).
Harga emas di arena pasar spot menyentuh US$ 1.725,51/troy ons atau menguat 0,25% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin. Meskipun indeks dolar AS cenderung turun sejak 9 Maret lalu, tetapi harga emas masih belum mampu tembus ke level US$ 1.750/troy ons.
Ada satu penghalang yang masih mengganjal harga emas untuk naik lebih tinggi. Apalagi kalau bukan yield obligasi pemerintah AS. Imbal hasil surat utang Paman Sam masih solid di 1,5%.
Baik obligasi maupun mata uang Paman Sam adalah musuh utama emas. Kedua aset safe haven tersebut memiliki korelasi negatif dengan emas. Ketika greenback dan yield naik maka emas akan cenderung turun.
Hubungan antara aset-aset safe haven tersebut dibentuk karena sejarah dan kalkulasi ekonominya. Emas merupakan komoditas yang tak memberikan imbal hasil. Tak ubahnya mata uang, emas tidak seperti saham yang membagikan dividen atau obligasi yang memberi kupon.
Sehingga minat investor untuk memegang aset ini sangat ditentukan oleh biaya peluangnya. Saat imbal hasil obligasi naik maka biaya peluang memegang emas jadi naik pula. Akibatnya emas menjadi kurang menarik.
Emas memang seperti mata uang pada umumnya. Namun emas tidak bisa dicetak kapanpun dan dalam jumlah berapapun. Untuk memproduksi emas harus ditambang dulu. Berbeda dengan mata uang yang tinggal dicetak oleh bank sentral. Apalagi sekarang marak sekali uang digital
Pasokan yang cenderung stabil inilah yang membuat emas cocok untuk digunakan sebagai aset lindung nilai saat terjadi kenaikan inflasi yang tinggi.
Pasar juga merespons positif adanya kabar gembira soal pengesahaan stimulus fiskal jumbo di AS minggu ini.
Presiden Joe Biden menandatangani RUU stimulus senilai US$ 1,9 triliun menjadi undang-undang pada ari Kamis, memperingati satu tahun penutupan AS atas pandemi virus corona. Stimulus terbesar sepanjang sejarah AS itu diteken untuk memberikan bantuan kepada orang Amerika dan meningkatkan ekonomi Negeri Paman Sam.
Di saat yang sama The Fed juga tetap mempertahankan stance akomodatifnya. Suku bunga rendah tak akan diutak-atik. Injeksi keuangan lewat quantitative easing melalui pembelian aset keuangan senilai US$ 120 miliar per bulan masih akan dilakukan.
Semakin berlimpah likuiditas dan pasokan dolar AS di sistem keuangan, maka sebenarnya nilai greenback cenderung terdevaluasi terhadap emas. Secara makro emas masih diuntungkan.
Namun karena adanya aksi spekulasi dan risk appetite investor yang sedang menggebu-gebu banyak yang mengalihkan pilihannya ke aset-aset berisiko seperti saham dan cryptocurrency sehingga emas pun ditinggalkan dan membuat harganya drop.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Republika