Jos! Harga Minyak Melesat Lagi, Naik 1% Lebih
Harga minyak mentah sempat mengalami koreksi setelah mencatatkan reli panjang. Namun ternyata tren bullish si emas hitam masih belum mau berakhir.
Mengawali perdagangan pekan ini, Senin (22/2/2021) harga kontrak futures (berjangka) minyak mentah mengalami apresiasi yang cukup tinggi. Di pagi hari tepatnya pukul 08.45 WIB, harga kontrak Brent naik 1,03% ke US$ 63,56/barel.
Di saat yang sama, harga kontrak West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi acuan Paman Sam juga ikut terkerek naik sebesar 0,95% ke US$ 59,8/barel.
Kenaikan harga minyak ditopang oleh dua hal, baik dari sisi permintaan maupun pasokan. Geliat ekonomi China membuat permintaan minyak mentah membaik. Pemulihan permintaan minyak yang gradual masih didukung oleh Asia.
Prospek pemulihan ekonomi juga membuat para pengelola dana mengambil posisi beli (long) terhadap kontrak minyak. Optimisme tersebut juga didukung oleh program vaksinasi yang mulai digeber.
Mengutip laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 19 Februari 2021 adalah 109.997.288 orang. Bertambah 384.448 orang dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (6-19 Februari 2021), rata-rata penambahan pasien baru tercatat 387.117 orang per hari. Jauh menurun dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 525.082 orang per hari.
Sepertinya vaksin anti-virus corona mulai menunjukkan tajinya. Sejak program vaksinasi dimulai pada akhir 2020, laju penambahan kasus baru semakin melambat.
Menurut catatan Our World in Data, total vaksin yang sudah disuntikkan per 19 Februari 2021 mencapai 200.329.782 dosis. Rata-rata tujuh harian vaksinasi berada di 4.755.183 dosis per hari.
Dari sisi pasokan, para kartel minyak yang tergabung dalam OPEC+ juga tetap mempertahankan komitmennya untuk memangkas produksi guna mempertahankan harga minyak.
Arab Saudi sebagai pemimpin de facto OPEC bahkan secara sukarela memangkas output sebesar 1 juta barel per hari (bph) untuk bulan Februari dan Maret. Menambah katalis positif untuk harga minyak adalah cuaca ekstrem di Texas, AS yang menghambat aktivitas produksi minyak dan turunannya.
Butuh waktu berhari-hari untuk bisa kembali berproduksi secara normal. Reuters melaporkan untuk pertama kalinya sejak November, perusahaan pengeboran AS memangkas jumlah rig minyak yang beroperasi karena dingin dan salju yang menyelimuti Texas, New Mexico, dan pusat penghasil energi lainnya.
“Jangka panjang, penurunan belanja modal di perusahaan minyak serpih AS tahun ini akan membuat aktivitas pengeboran tetap rendah dan menyebabkan produksi tetap di bawah tingkat pra-pandemi,” tulis laporan ANZ sebagaimana diwartakan Reuters.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Tempo.co