Stok Minyak Dunia Menipis, Harga Melompat 1,7 Persen
Harga minyak mentah dunia melompat sekitar 1,7 persen pada akhir perdagangan Rabu (3/2) waktu AS. Kenaikan harga minyak disebabkan oleh pasokan yang anjlok bahkan menyentuh level terendah sejak Maret 2020 lalu.
Melansir Antara, Kamis (4/2), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April naik US$1 atau 1,7 persen menjadi US$58,46 per barel di London ICE Futures Exchange. Harga ini adalah level tertinggi harga minyak Brent sejak 21 Februari 2020.
Begitu juga harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret naik 93 sen atau 1,7 persen menjadi US$55,69 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak WTI mencapai puncak tertinggi pada tahun ini dan sempat tembus US$56,33 per barel di awal perdagangan.
Pergerakan harga minyak didorong oleh ketersediaan stok yang turun di tengah tingginya permintaan. Badan Informasi Energi AS mencatat stok minyak mentah AS turun menjadi 475,7 juta barel dan merupakan level terendah sejak Maret 2020.
Sementara, tingkat pemanfaatan kilang naik 0,6 poin persentase. Pemanfaatan kilang meningkat sejalan dengan perdagangan kontrak yang naik US$2,3 per barel lebih banyak dari kontrak terakhir dalam enam bulan.
“Kilang-kilang kembali beroperasi, yang mendukung minyak mentah,” kata Analis Senior The Price Futures Group di Chicago, Phil Flynn.
Sebelumnya, persediaan minyak mentah yang ‘pas-pasan’ terjadi karena kebijakan pemangkasan jumlah produksi minyak dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan sekutunya, Rusia atau OPEC+.
Kabarnya, OPEC+ bahkan memperkirakan pasar minyak akan defisit sepanjang tahun ini. Puncaknya diproyeksi mencapai 2 juta barel per hari pada Mei 2021.
“Pasar minyak terus mencari hari-hari yang lebih baik ke depan dengan peningkatan peluncuran vaksin mendorong permintaan, sementara OPEC+ terus menahan produksi,” tutur Presiden Lipow Oil Associates di Houston, Andrew Lipow.
Kenaikan harga minyak juga didukung oleh penantian pasar terhadap rencana paket stimulus fiskal AS senilai US$1,9 triliun yang diusulkan Presiden Joe Biden.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia