Awal Tahun Harga Minyak Naik, tapi Ada Kabar Buruk dari OPEC
Pada perdagangan pertama tahun 2021 harga kontrak futures minyak mentah mengalami apresiasi. Namun Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) melihat prospek minyak untuk paruh pertama tahun 2021 masih penuh ketidakpastian.
Senin (4/1/2021) harga kontrak minyak yang aktif ditransaksikan di bursa berjangka menguat 0,21%. Kontrak Brent ditransaksikan di US$ 51,91/barel sementara untuk kontrak West Texas Intermediate (WTI) di US$ 48,62/barel pada 08.40 WIB.
“Di tengah adanya tanda-tanda harapan, prospek paruh pertama 2021 sangat beragam dan masih banyak risiko penurunan yang harus dihadapi,” kata Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo kepada Reuters.
OPEC mewasapadai terbatasnya aktivitas perekonomian akibat perkembangan pandemi Covid-19. Kasus di AS tembus 20 juta, Inggris menutup sekolah dan mengetatkan lockdown hingga lonjakan kasus harian di Jepang yang mencapai 4.000 membuat pemerintahnya mempertimbangkan untuk deklarasi kondisi darurat nasional.
Kemunculan varian virus Corona baru yang disebut 70% lebih menular juga menjadi ancaman yang dikhawatirkan. Fokus OPEC dan koleganya (OPEC+) adalah menjaga keseimbangan di pasar sehingga harga minyak tak rontok.
Pada awalnya OPEC+ memangkas output sebesar 9,7 juta barel per hari (bph), kemudian ketika outlook membaik para kartel tersebut memangkas produksinya sebesar 9,7 juta bph mulai Juli-Desember. Pada Januari ini produksi OPEC+ dinaikkan sebanyak 500 ribu bph sehingga produksi yang dipangkas tinggal 7,2 juta bph.
Lebih lanjut Barkindo mengatakan, permintaan minyak global akan dipimpin oleh negara-negara berkembang di tahun 2021. Permintaan diramal naik menjadi 95,9 juta bph tahun ini atau 5,9 juta bph lebih tinggi dibanding tahun 2020 sebagai akibat dari ekonomi global yang diperkirakan tumbuh sebesar 4,4%.
Meski pengembangan vaksin virus Corona berhasil memantik optimisme pasar, tetapi kenaikan permintaan tersebut masih belum mampu membawa konsumsi ke level pra pandemi sekitar 100 juta bph.
Perkiraan OPEC pada Desember terbaru lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,25 juta bph pada 2021 karena dampak pandemi virus corona yang masih tersisa. Kendati ekonomi bisa bangkit tetapi tidak terjadi secara merata ke semua sektor.
Beberapa sektor yang terkait dengan mobilitas publik seperti transportasi dan pariwisata masih akan terpuruk dan butuh waktu bertahun-tahun untuk pulih mencapai tingkat sebelum pandemi.
Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters kepada 39 ekonom dan analis menunjukkan bahwa harga minyak khusus untuk Brent diperkirakan masih akan berada di kisaran US$ 50,7 per barel. Sedangkan untuk harga minyak mentah West Intermediate (WTI) diprediksi bergerak di kisaran US$ 47,45 per barel pada 2021.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Tirto.ID