Masih Pagi, Kurs Poundsterling Sudah Ambrol Nyaris 1%
Nilai tukar poundsterling merosot melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan rupiah pada perdagangan Senin (21/12/2020) pagi. Pengetatan pembatasan sosial di Inggris, serta belum ada kemajuan perundingan Brexit membuat poundsterling jeblok.
Pada pukul 8:28 WIB, GBP 1 setara US$ 1,3405, poudsterling merosot 0,95% melawan melawan dolar AS di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara melawan rupiah, poundsterling ambrol 0,85% ke Rp 18.874,24/GBP.
Lonjakan kasus penyakit virus corona (Covid-19) membuat pembatasan sosial kembali diketatkan di Inggris.
Perdana Menteri Boris Johnson memperkenalkan zona Tier 4 yang sebelumnya paling mentok Tier 3. Tier 4 menandakan wilayah yang paling parah mengalami ‘serangan’ virus corona. Beberapa wilayah, termasuk ibu kota Inggris, London, termasuk dalam kategori tersebut.
Di daerah berlabel Tier 4, warga benar-benar diimbau untuk #dirumahaja kecuali bekerja, kepentingan yang maha penting, memenuhi kewajiban hukum, sekolah, atau berolahraga sendiri. Warga yang tinggal di luar wilayah Tier 4 dilarang masuk, dan warga Tier 4 tidak boleh menginap di tempat lain.
Pertemuan di luar ruangan dibatasi, satu orang hanya boleh menemui satu orang. Seluruh kegiatan non-esensial seperti kolam renang, pusat kebugaran, bioskop, arena bowling, rumah judi, bar, salon, dan pusat perawatan harus tutup sementara. Aturan mengenai Tier 4 akan dikaji ulang pada 30 Desember 2020.
“Dengan sangat berat hati, saya harus katakan bahwa kita tidak bisa merayakan Hari Natal seperti yang direncanakan sebelumnya. Terus terang, saya tidak punya alternatif lain,” ungkap Johnson dalam konferensi pers, sebagaimana diwartakan Reuters.
Sementara itu, dari perundingan keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau yang dikenal dengan Brexit masih kurang perkembangan positif.
Untuk diketahui, Inggris saat ini masih dalam masa transisi Brexit yang berakhir pada 31 Desember nanti. Jika sampai batas waktu tersebut belum tercapai kesepakatan, maka akan terjadi hard Brexit yang ditakutkan membuat perekonomian Inggris merosot, dan menyeret Eropa.
Perundingan bagaimana hubungan dagang antara Inggris dan Uni Eropa setelah 31 Desember nanti masih belum menemukan kesepakatan bagi kedua belah pihak.
“Kurangnya kemajuan perundingan dagang Inggris dan Uni Eropa, serta kepanikan akibat pengetatan pembatasan sosial, keduanya mengecewakan, maka wajar poundsterling merosot,” kata Antoine Bouvet, ahli strategi di ING, sebagaimana dilansir Reuters, Senin (21/12/2020).
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia