Dolar ‘Dibuang’, Harga Emas Bakal ke Level US$ 2.000/Oz
Harga emas berhasil melewati level resisten psikologis US$ 1.850 pada perdagangan kemarin. Hari ini Selasa (8/12/2020), harga emas cenderung flat alias tak menunjukkan pergerakan yang berarti.
Di arena pasar spot harga emas dunia dibanderol di US$ 1.863,6/troy ons (Oz) pada 07.45 WIB. Harga emas terkoreksi sangat tipis sebesar 0,02% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin di US$ 1.863,7/troy ons.
Setelah mengalami jatuh bangun belakangan ini, harga emas diperkirakan bakal menyentuh level tertingginya lagi di US$ 2.000/troy ons pada kuartal pertama tahun depan. Proyeksi tersebut disampaikan langsung oleh Suki Cooper dari Standard Chartered.
Anjloknya harga emas ke bawah level US$ 1.800/troy ons pada November lalu membuat harga logam kuning tersebut menyentuh level jenuh jualnya (oversold). Adanya outflow dari produk investasi berupa exchange traded fund (ETF) berbasis emas secara besar-besaran memicu koreksi tajam harga bullion.
Sampai saat ini kondisi makroekonomi global masih menguntungkan emas terutama karena posisi greenback yang tertekan dan kebijakan moneter longgar bank sentral global.
Lebih lanjut Cooper memperkirakan bahwa potensi koreksi harga emas masih ada dalam waktu dekat. Namun dolar AS yang melemah, suku bunga riil negatif, kekhawatiran seputar inflasi, dan ekspektasi stimulus fiskal lebih lanjut di tengah kebijakan moneter yang akomodatif kemungkinan akan memberi tekanan kepada emas.
Pasar yang diberondong dengan berita positif seputar perkembangan vaksin Covid-19 membuat harga emas ambrol lebih dari 5% sepanjang bulan November lalu.
Mengutip CNBC International, FDA atau semacam BPOM AS diperkirakan bakal merestui penggunaan darurat vaksin minggu ini seiring dengan krisis kesehatan yang semakin memburuk di Negeri Paman Sam.
FDA dijadwalkan mengadakan pertemuan Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologis Terkait, yang dikenal sebagai VRBPAC, pada hari Kamis untuk meninjau vaksin Covid-19 Pfizer dengan produsen obat Jerman BioNTech untuk otorisasi penggunaan darurat.
Langkah ini menyusul keputusan Inggris yang merestui penggunaan darurat vaksin Pfizer-BioNTech sebanyak 800 ribu dosis untuk didistribusikan pada kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi Covid-19.
Namun imunisasi masal juga membutuhkan waktu sehingga roda ekonomi tidak bisa langsung berputar dengan kencang setidaknya sampai paruh kedua tahun 2021.
Adanya vaksin akan berdampak pada menggeliatnya aktivitas ekonomi yang ditandai dengan mobilitas dan berangsur pulihnya sektor pariwisata. Standard Chartered memperkirakan PDB global akan pulih 4,8% di tahun depan dari kontraksi 3,8% tahun ini.
Pasar memberi respons positif terhadap kabar vaksin Covid-19. Pelaku pasar optimis bahwa kehidupan normal akan segera kembali. Namun dalam wawancaranya dengan Kitco News, Cooper mengingatkan bahwa likuiditas dan tingkat utang yang membengkak masih mendukung emas.
“Respons kebijakan yang cukup besar pada tahun 2020 juga telah membuat ruang kebijakan menjadi terbatas hingga tahun 2021, hal ini akan membuat pembuat kebijakan memiliki sedikit ruang untuk bermanuver jika terjadi guncangan lagi. Kebijakan moneter jangka panjang yang akomodatif dan stimulus fiskal yang belum pernah terjadi sebelumnya menjadi pertanda baik bagi harga emas,” katanya.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar :Warta Ekonomi