Kacau! Harga Emas Dihajar, Bakal Rontok ke Bawah US$ 1.800?
Harga logam mulia emas masih tertekan dan sekarang sudah mendekati level support di US$ 1.800/troy ons. Harga emas berada pada tren penurunan sejak menyentuh level tertinggi pada Agustus lalu.
Jumat (27/11/2020), harga emas dunia di pasar spot melorot tipis 0,07% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin. Pada 09.20 WIB, harga emas dibanderol di US$ 1.809,3/troy ons.
Harga emas sudah ambles lebih dari US$ 250 per troy ons sejak 6 Agustus lalu. Lantas masih adakah prospek emas untuk ke depan kembali ke level tertingginya dalam sejarah?
Sampai saat ini memang banyak sekali pandangan soal ini. Ada yang bullish ada juga yang bearish dan ada pula yang netral. Bagi yang bullish harga emas diramal masih mungkin melesat ke atas US$ 2.000/troy ons.
Sementara bagi yang bearish memperkirakan bahwa harga emas bakal turun ke US$ 1.650/troy ons. Memperkirakan pergerakan harga emas di masa depan bukanlah hal yang mudah.
Sebagai aset yang tak produktif karena tidak memberikan imbal hasil berupa dividen atau kupon seperti pada saham dan obligasi, emas hanya akan memberikan capital gain dari selisih pergerakan harga yang sangat ditentukan oleh keyakinan para pelaku pasar.
Emas tak ubahnya hanya sebuah mata uang. Bedanya dengan mata uang fiat yang diperkenalkan pemerintah adalah produksi emas lebih stabil mengingat bank sentral selaku otoritas moneter tidak bisa seenaknya mengatur pasokan emas sebagaimana mereka mengatur pasokan uang.
Oleh karena itu emas memiliki opportunity cost. Apabila biaya peluangnya murah, maka emas akan diminati. Namun apabila naik emas akan cenderung ditinggalkan. Era suku bunga murah hingga imbal hasil yang sudah negatif membuat biaya peluang memegang emas menjadi rendah dan harga pun menguat.
Namun belakangan ini kabar vaksin yang positif membuat pasar cenderung berada di mode risk on sehingga emas dilego dan harganya ambrol. ANZ Bank adalah salah satu yang masih bullish terhadap bullion.
Mereka menilai vaksin tak akan serta merta mendongkrak perekonomian dan fundamental emas masih kuat. Berita vaksin dan prospek yang lebih optimis untuk tahun depan tidak mengubah lingkungan makro yang mendorong emas mengalami apresiasi tinggi tahun ini.
“Penggerak utama emas, suku bunga riil dan dolar AS, kemungkinan akan memberikan dukungan selama setahun mendatang. Dengan menggunakan perkiraan Federal Reserve AS untuk suku bunga dan inflasi, suku bunga riil akan terus mendorong ke wilayah negatif dan denyut pertumbuhan global yang kuat, USD akan semakin melemah. ”
ANZ memperkirakan emas kemungkinan akan naik ke US$ 2.100 per ons tahun depan.
“Model penilaian emas kami menyarankan emas harus diperdagangkan sekitar US$ 2.100 / oz tahun depan, dengan asumsi inflasi AS naik menjadi 1,7%, indeks USD turun menjadi 90 dan imbal hasil obligasi 30 tahun bertahan stabil di sekitar 1,6%,” kata ANZ, mengutip Kitco News.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Warta Ekonomi