Vaksin Covid-19 Bikin Harga Minyak Mentah Membumbung
Harga kontrak minyak mentah melesat lagi setelah pengembang vaksin Covid-19 AstraZeneca melaporkan hasil analisa uji klinis tahap akhir kandidat vaksin buatannya.
Selasa (24/11/2020) harga kontrak minyak Brent naik 0,17% ke US$ 46,14/barel dan untuk kontrak minyak West Texas Intermediate (WTI) harganya naik 0,33% ke US$ 43,2/barel.
Apabila harga ini berhasil bertahan hingga penutupan perdagangan, maka harga minyak sah mencapai level tertinggi sejak awal Maret saat pandemi Covid-19 baru awal-awal ‘meledak’.
Secara month to date (mtd) harga minyak telah menguat lebih dari 20%. Untuk kontrak Brent menguat 23,38% dan kontrak WTI melesat 20,82% di sepanjang bulan ini.
Tiga minggu terakhir, pasar dibuat sumringah oleh kabar vaksin Covid-19 yang positif. Di pekan pertama ada Pfizer dan BioNTech yang melaporkan bahwa vaksin yang mereka kembangkan punya tingkat keampuhan lebih dari 90%.
Kemudian pada minggu kedua, giliran Moderna yang mengklaim bahwa kandidat vaksin buatan mereka memiliki tingkat efficacy di level 94,5%. Semalam gantian raksasa farmasi Inggris AstraZeneca yang mengklaim vaksin mereka memiliki keampuhan rata-rata 70%.
Meski hanya 70% kandidat vaksin yang juga dikembangkan dengan Universitas Oxford ini memiliki keunggulan dari segi harga dan logistik. Dari segi harga kandidat vaksin ini hanya dibanderol di US$ 3 – US$ 4 per dosis dan menjadi yang paling murah jika dibandingkan harga Pfizer (US$ 20/dosis) dan Moderna (US$ 37/dosis).
Data indeks pembelian manajer (PMI) manufaktur bulan November AS juga mengalami peningkatan. Menurut pembacaan awal IHS Markit, angka PMI manufaktur bulan ini berada di 56,7. Angka ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya 53,4 dan perkiraan analis di 52,5 untuk bulan ini.
Sentimen seperti ini sejatinya bersifat temporer saja karena apabila ditinjau dari segi fundamental ancaman surplus pasokan minyak masih sangat tinggi. Meskipun bakal ada vaksin Covid-19 yang disetujui oleh otoritas kesehatan tetap saja berbagai pertanyaan masih harus dijawab.
Apakah vaksinnya mencukupi, berapa kali harus vaksinasi, apakah distribusinya merata atau tidak. Hal ini membuat program vaksinasi tetap membutuhkan waktu dan di saat tersebut roda perekonomian masih harus berjalan dengan lambat dan belum kembali pulih.
Maraknya lockdown akibat gelombang kedua infeksi Covid-19 di Eropa dan Inggris membuat kedua wilayah itu diramal mengalami double dip recession di kuartal empat. Pembatasan mobilitas publik juga membuat permintaan minyak drop.
Di saat yang sama output minyak Libya justru bakal kembali ke level 1,25 juta barel per hari (bph). Para kartel yang terdiri dari OPEC dan sekutunya termasuk Rusia (OPEC+) diperkirakan bakal menunda peningkatan pasokan sebesar 2 juta bph mulai Januari.
Kabar OPEC+ yang diramal bakal menunda peningkatan produksi dan memperpanjang periode pemangkasan juga turut memberikan tekanan ke atas terhadap harga kontrak minyak.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Borneonews