Guys, Begini Ramalan Baik-Buruk Harga Emas Jelang Pilpres AS
Menyambut awal bulan November, harga emas dunia di pasar spot hari ini Senin (2/11/2020) mengalami kenaikan usai anjlok ke bawah US$ 1.900/troy ons pekan kemarin.
Pada 09.10 WIB, harga emas di arena pasar spot tercatat terapresiasi 0,17% ke US$ 1.881,15/troy ons. Pada perdagangan Jumat (30/10/2020), harga logam kuning ini ditutup di US$ 1.877,95/troy ons.
Anjloknya harga emas minggu lalu dibarengi dengan terkoreksinya aset-aset ekuitas, kenaikan dolar AS yang tercermin dari peningkatan indeks dolar.
Koreksi tajam aset-aset berisiko dan penguatan dolar AS dipicu oleh kecemasan jelang pemilu presiden AS yang semakin dekat dan naiknya kasus infeksi Covid-19 di Eropa yang memicu penerapan kembali lockdown di beberapa negara.
Namun salah satu faktor utama yang perlu dicatat adalah bahwa volume perdagangan tergolong rendah mengingat sebagian besar investor masih cenderung wait and see sampai pilpres AS selesai. Volume yang rendah dan adanya aliran dana yang agresif menyebabkan volatilitas yang ekstrem.
Tanggal dihelatnya pilpres Negeri Adikuasa adalah 3 November yang akan jatuh pada Selasa besok. Analis pun memperkirakan berbagai skenario dari yang terbaik hingga yang terburuk untuk harga emas di tengah riuh isu pesta demokrasi empat tahun sekali itu.
Apabila pihak Partai Demokrat yang mengusung Joe Biden dan Kamala Hari yang menang, maka emas kemungkinan besar akan reli. Pasalnya Demokrat berjanji akan memberikan stimulus dengan nominal yang sangat besar.
Seperti diketahui, faktor penyebab harga emas terangkat naik lebih dari 20% sepanjang tahun adalah akibat banjir stimulus dari pemerintah maupun bank sentral. Akibat pandemi Covid-19 yang memicu banyak negara menempuh lockdown, ekonomi global jatuh ke jurang resesi.
Pemerintah mengambil kebijakan fiskal ekspansif untuk memberikan stimulus kepada masyarakat dan korporasi. Besarnya stimulus yang diberikan membuat defisit anggaran dan utang membengkak, menimbulkan risiko tinggi di masa depan.
Di sisi lain bank sentral global terutama the Fed (bank sentral AS) juga secara agresif memangkas suku bunga dan menetapkan kebijakan pelonggaran kuantitatif untuk menginjeksi likuiditas masif ke sistem keuangan.
Kebijakan ultra longgar bank sentral ini membuat pasokan uang beredar meningkat serta harga aset keuangan safe haven lain non-emas yakni obligasi pemerintah AS mengalami penurunan imbal hasil (yield) yang sampai jatuh ke teritori negatif.
Adanya ancaman devaluasi mata uang akibat inflasi yang tinggi di masa depan dan rendahnya imbal hasil surat utang yang ditawarkan membuat investor memilih emas untuk proteksi. Itulah mengapa emas diuntungkan dengan adanya stimulus.
Kemenangan Demokrat menjadi skenario terbaik bagi emas menurut para analis. Sementara skenario terburuknya adalah ketidakpastian seputar hasil pemilu dan bahkan bisa memicu terjadinya kerusuhan.
Ini dapat memicu aksi jual jangka pendek karena investor terburu-buru untuk mendapatkan uang tunai. Namun dalam jangka panjang, ini akan menguntungkan emas seperti yang terjadi pada bulan Maret lalu.
Setelah pemilu selesai prospek emas tetap sangat positif untuk tahun 2021, dengan logam mulia tersebut diproyeksikan menjadi salah satu pemenang aset terbesar. Beberapa perkiraan target harga bervariasi mulai dari US$ 2.100 hingga US$ 2.500 pada awal 2021.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Market Bisnis.com