Harga Emas Balik Arah Usai Mampir di US$ 1.900, Tenang Guys!
Semalam harga emas balik ke level US$ 1.900/troy ons setelah ambles dari level tersebut pada pekan terakhir bulan lalu. Namun pagi ini Jumat (2/10/2020), harga bullion turun lagi dari level psikologis tersebut.
Pada 08.25 WIB, harga emas dunia di pasar spot terkoreksi 0,34% ke US$ 1.898,6/troy ons. Pada perdagangan kemarin, harga emas ditutup menguat ke US$ 1.905/troy ons.
Harga emas mulai bangkit setelah menyentuh titik terendah dalam dua bulan terakhir pada 25 September lalu di US$ 1.860/troy ons. Saat itu dolar AS sedang bangkit dan perkasa.
Emas dan dolar AS bergerak berlawanan arah. Logam kuning itu ditransaksikan dalam mata uang Paman Sam, sehingga wajar saja jika harga emas cenderung tertekan saat dolar AS naik.
Namun setelah itu dolar AS melorot. Hal ini tercermin dari penurunan indeks dolar. Terpangkasnya indeks dolar membuat emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain dan lebih menarik untuk dibeli.
Amblesnya dolar AS merespons kemungkinan lanjutnya paket stimulus untuk bantuan Covid-19 tambahan senilai US$ 2,2 triliun yang sempat menimbulkan perdebatan dan diskusi alot.
Investor saat ini tengah menanti kesepakatan antara Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Ketua DPR AS Nancy Pelosi menyepakati paket stimulus bantuan Covid-19 tersebut.
“Jika ada kesepakatan, stimulus akan berpotensi membangkitkan kembali ekspektasi inflasi ke arah target sasaran Federal Reserves, yang mana dengan penurunan suku bunga acuan oleh the Fed menjadi katalis yang sangat bagus untuk emas” kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, melansir Reuters.
Lebih lanjut Melek mengatakan tembusnya harga emas dari level resisten psikologisnya di US$ 1.900/troy ons dapat membuat harga emas berpotensi naik lebih tinggi lagi. Selain soal stimulus prospek perekonomian ke depan yang masih berisiko dan penuh ketidakpastian juga menguntungkan emas.
Aktivitas sektor manufaktur AS secara tak terduga melambat di bulan September. Klaim pengangguran di AS terus menurun tetapi masih berada di angka yang tinggi dan membuktikan bahwa AS sedang resesi. Hal ini yang membuat minat investor terhadap emas belum luntur.
“Pendorong utama untuk emas adalah uang untuk investasi dan reaksi terhadap kabar seputar ekonomi, geopolitik dan dolar” kata Davit Govett, Chief Executiv dari Govertt Precious Metals kepada Reuters.
“Banyak faktor yang mempengaruhi, tetapi hal tersebut akan menjadi lebih buruk terlebih dahulu sebelum membaik, oleh karena itu emas bakal mendapat untung dan kembali ke level US$ 2.000” pungkasnya, melansir Reuters.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Suara.com