Walah! Emas & Saham Ambrol, Harga Minyak pun Ikutan
Harga minyak mentah untuk kontrak yang aktif ditransaksikan melemah pagi ini, Kamis (24/9/2020) mengekor pergerakan bursa saham Asia yang kebakaran usai menguat semalam.
Pada 09.20 WIB, harga minyak mentah berjangka Brent turun 0,89% ke US$ 41,4/barel dan minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) ambles 1,08% ke US$ 39,5/barel.
Aksi jual saham-saham teknologi AS sehingga membuat indeks saham utama Wall Street ambrol, menguatnya dolar AS yang tercermin dari kenaikan indeks dolar hingga harga emas yang ambrol menjadi beberapa sentimen negatif untuk harga komoditas, termasuk minyak mentah.
Semalam harga minyak ditutup menguat tipis setelah Badan Informasi Energi AS (EIA) mengumumkan data stok minyak AS yang mengalami penurunan. Laporan ini berbeda dengan rilis data asosiasi industri (API) yang menunjukkan adanya peningkatan.
Persediaan minyak mentah, bensin dan sulingan AS semuanya turun minggu lalu. Persediaan minyak mentah turun 1,6 juta barel, stok bensin turun lebih dari yang diharapkan atau berkurang 4 juta barel. Sementara stok distilat tercatat turun dengan mengejutkan sebesar 3,4 juta barel.
“Kejutan besar adalah hasil penyulingan jauh di bawah rata-rata,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago, melansir Reuters.
Namun meningkatnya infeksi Covid-19 di negara-negara termasuk India, Prancis, dan Spanyol serta pembatasan baru pada bisnis di Inggris telah memicu munculnya kembali kecemasan tentang permintaan.
Harga emas hitam telah runtuh karena pandemi yang menghancurkan permintaan, dengan Brent jatuh di bawah US$ 16 per barel dan menjadi level terendah dalam 21 tahun pada bulan April lalu.
Spontan anjloknya harga minyak yang signifikan ini membuat Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau yang dikenal sebagai OPEC+ langsung merespons dengan memangkas produksi sampai 10% dari total output. Barulah harga berangsur membaik.
OPEC menghadapi tantangan baru karena Libya, anggota OPEC yang dibebaskan dari pemotongan pasokan, bertujuan untuk meningkatkan pasokan setelah konflik di negara itu mereda.
Blokade ladang minyak Libya kini sudah dibuka dan sebuah kapal tanker diharapkan memuat minyak mentah di terminal Marsa el-Hariga Libya minggu ini untuk pertama kalinya sejak Januari. Ini berarti akan ada pasokan minyak tambahan dari Libya yang berpotensi menekan harga.
Jika pasar energi minyak masih terus tertekan, Arab Saudi sebagai pemimpin de facto OPEC akan menggelar rapat darurat dengan aliansinya pada Oktober nanti untuk mendiskusikan kebijakan OPEC+ ke depan.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Jawa Pos